Jember, SERU.co.id – Kasus dugaan bullying (perundungan) kembali terjadi di Kecamatan Semboro, Jember, melibatkan seorang anak berusia 12 tahun berinisial MJF. Kejadian ini mengundang perhatian publik setelah kakak sepupu korban, DYA menceritakan kronologi kejadian yang memilukan tersebut.
Menurut DYA, kejadian bermula, pada Sabtu malam Minggu, (18/01/2025) ketika MJF dan teman-temannya merencanakan untuk berkumpul dan bakar-bakar.
Menurut DYA, MJF yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), lebih memilih bergaul dengan anak-anak yang lebih besar, seperti siswa SMP dan SMA, ketimbang teman sebayanya.
“Jadi kejadiannya itu, dari malam minggu mereka awalnya ketemuan mau bakar-bakar gitu, sampai jam 3 subuh, setelah itu mereka pulang. Kebetulan si korban ini masih SD, tapi berteman sama anak yang gede-gede, anak SMP, SMA gitu, nggak mau berteman sama anak yang sepantaran,” kata DYA melalui wawancara pada awak media, Selasa (21/01/2025).
“Kemudian, pas kejadian hari Minggu itu, dia izin ke mamanya katanya mau pergi berenang sama teman-temannya. Ijinnya sama teman yang memvideokan (kasus dugaan bullying) itu, karena anak yang diajak ini, yang minta izin tadi ini, menurut mamanya itu anak baik, diizinin lah keluar ke pemandian,” sambungnya.
Namun, lanjut DYA, setelah berangkat sekitar pukul 07.00 WIB, MJF tidak kunjung pulang hingga sore hari. Merasa khawatir, ibunya bersama DYA mencari keberadaan MJF. Mereka akhirnya menemukan MJF di sebuah area persawahan, dalam kondisi tak sadarkan diri.
“Ketemunya anaknya ada di bawah, direndem tinggal kepalanya doang, kurang dikit tenggelam anak itu. Kebetulan pas kejadian itu lagi hujan, jadi airnya itu naik. Maksudnya direndam itu biar sadar gitu, karena korban dicekoki pil Koplo gitu, dicampur di minumannya,” kata DYA.
Dari penuturan DYA, korban diduga telah dicekoki dengan pil koplo yang dicampurkan ke dalam minumannya setelah membeli es dan meninggalkan minumannya sejenak untuk ke kamar mandi.
“Kemudian adik saya ini kembali dan meminum minuman tersebut tanpa mengetahui bahwa telah dicampur pil koplo itu. Kejadian ini melibatkan banyak teman korban, kalau nggak salah ada sekitar 20 orang yang ikut merundung adik saya itu, meskipun hanya sebagian yang terlihat dalam video yang beredar,” jelasnya.
Setelah MJF tidak sadarkan diri, kata DYA melanjutkan, teman-temannya membawanya ke lapangan belakang SD dan melakukan tindakan kekerasan dengan menginjak-injaknya, dengan harapan MJF akan sadar. Namun, MJF tetap tidak berdaya.
“Kok tetap tidak sadar, kemudian korban dibawa ke (Kecamatan) Tanggul, dibawa ke sekitar air terjun, ditenggelamin di sungai dan supaya sadar juga, tapi tetap saja nggak sadar. Karena nggak sadar-sadar, teman-teman korban itu membawa korban ke Pondok Rampal, dekat rumah itu, pas ketemu ibunya jam 3 sore itu,” bebernya.
“Kemudian karena melihat kondisi anaknya tidak sadar, dibawa pulang lah, digantiin bajunya karena anaknya sudah dingin, sudah nggak ada tenaga, sudah pingsan, kemudian dibawa ke Puskesmas Semboro,” sambung DYA.
Setelah dilarikan ke Puskesmas Semboro, ucap DYA, disana MJF harus mendapatkan bantuan oksigen karena kondisinya yang kritis. DYA menambahkan bahwa MJF adalah seorang yatim, karena ayahnya meninggal kurang dari satu tahun yang lalu.
“Keluarga korban segera melaporkan kejadian ini ke Polsek Semboro pada sore hari setelah penemuan korban. Namun, pihak keluarga pelaku meminta untuk berdamai, ya jelas ditolak oleh keluarga kami. Ini urusan nyawa, anak itu sendirian dikeroyok,” tegas DYA.
Sementara itu Kapolsek Semboro, Iptu Andrias Suryo Rubedo mengatakan, pihaknya saat ini masih melakukan penyelidikan terhadap dugaan kasus perundungan tersebut.
“Sementara ini kita belum bisa mengambil kesimpulan, kami masih dalam proses lidik. Namun hasil olah TKP di lapangan dan keterangan saksi-saksi, itu masih baru asumsi. Fakta sebenarnya, korban ini masih belum ingat apa yang dialaminya,” kata Andrias.
“Namun berdasarkan keterangan saksi-saksi itu menyatakan bahwasannya orang yang menempelkan kaki di perutnya sebenarnya itu adalah penolong. Hanya saja caranya menolong itu, dia itu tidak mau menyentuh dengan tangan, tapi menyentuh dengan kaki,” sambungnya.
Namun demikian, Andrias meminta agar masyarakat tidak berpikir macam-macam terlebih dahulu, sebelum ada kesimpulan hasil penyelidikan dari pihak kepolisian.
“Untuk korban sendiri ada di rumah, sudah ada di rumah sudah bisa diajak komunikasi. Jadi dalam hal ini, masih dalam lidik klarifikasi kebenarannya, apa yang sebenarnya terjadi,” tandasnya. (amb/mzm)