Malang, SERU.co.id – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) gelombang 1, Rabu (5/8/2020) pagi. Diikuti 1184 peserta calon mahasiswa baru (camaba) untuk Fakultas Kedokteran (FK) dan Program Studi (Prodi) Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES).
Tiap sesi UTBK diikuti oleh 200 orang peserta yang dibagi ke dalam 20 grup peserta. Dengan berbagai persiapan dan kesiapan, dimulai dari infrastruktur seperti perangkat dari sistem, terutama server dan tenaga teknisi yang didampingi pengawas.
“Karena ini daring, para peserta dibagi per grup sesuai dengan sesinya masing-masing. Lalu peserta dihubungi untuk segera bergabung ke dalam grup. Setelah semua ready, barulah dimulai tes daring tersebut dan setiap tes diberikan waktu satu jam,” jelas Dr Saiman, MSi, selaku Kepala Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) UMM.
Menurut Saiman, karena seluruh peserta yang ikut UTBK memilih kategori IPA, maka pelaksanaan tes dilakukan bersamaan. Sehingga para peserta tes untuk camaba Fakultas Kedokteran maupun Farmasi sama-sama diacak.
“Jadi tidak dipilah antara kedokteran pertama lalu farmasi berikutnya. Jadi diacak sesuai pembagian grup tersebut,” tuturnya pada tes yang diikuti oleh 994 camaba dari FK dan 190 dari Farmasi.
Pengalaman UTBK secara daring pertama ini jumlahnya besar. Kalau ini semua lancar, lanjut Saiman, maka kedepannya insyaallah akan daring. Karena dari segi keamanan dengan kondisi tersebut cukup memadai.
“Dari sisi efisiensi soal biaya oleh mereka, terutama yang luar jawa juga saya kira akan lebih positif. Tinggal kita saja yang memperkuat sistem dan mekanisme tes,” tandasnya.
Dekan Fakultas Kedokteran UMM, Dr. dr. Meddy Setiawan, Sp.PD mengatakan, animo masyarakat untuk memilih FK UMM tetap tinggi. Namun, meskipun ujian dilaksanakan secara online, antisipasi terhadap kecurangan-kecurangan tetap dilakukan.
“Kita tetap mengantisipasi kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh peserta. Salah satunya menggunakan dua kamera, seperti penggunaan kamera untuk gestur tubuh peserta. Sehingga jika ada gerak-gerik yang mencurigakan, yang mengindikasikan ketidak jujuran dan kecurangan, maka akan kita diskualifikasi,” jelas Meddy.
Pasalnya kelulusan dokter di Indonesia, baik dari PTS maupun PTN ditentukan secara nasional melalui uji kompetensi dokter. UMM berusaha mencari input yang terbaik dari yang baik. Jumlah kelulusan dokter akan berdampak pada kuota jumlah mahasiswa baru FK tahun berikutnya.
“Setelah mereka nantinya diterima, masih akan ada evaluasi pembelajaran pada akhir semester 2. Apabila mahasiswa tidak bisa mencapai target yang sudah ditetapkan, mereka harus mundur dari FK UMM. Ini semua kita lakukan untuk menjaga mutu dan kualitas lulusan FK UMM,” pungkasnya. (rhd)