Suriah, SERU.co.id – Suriah memasuki babak baru setelah pemberontak mengumumkan tumbangnya rezim Presiden Bashar Al-Assad, Minggu (8/12/2024). Bashar Al-Assad hilang secara misterius dalam penerbangan dari Damaskus. Pengumuman ini mengakhiri 50 tahun kekuasaan dinasti keluarga Assad, dimulai Hafez Al-Assad pada tahun 1971.
Bashar Al-Assad, yang mewarisi kekuasaan dari ayahnya pada tahun 2000, dikabarkan hilang secara misterius setelah menaiki pesawat dari Bandara Damaskus. Data dari Flight Radar menunjukkan, pesawat Syrian Air yang ia naiki berbelok arah sebelum menghilang dari radar. Ada indikasi kemungkinan pesawat tersebut ditembak jatuh atau transponder sengaja dimatikan.
Nasib Bashar Al-Assad belum dipastikan, tetapi pemberontak mengklaim keberhasilan menggulingkan rezimnya.
“Setelah 50 tahun penindasan dan 13 tahun kekejaman, kami mengumumkan berakhirnya era kelam ini dan dimulainya era baru bagi Suriah,” seru perwakilan pemberontak, dilansir dari Al Jazeera.
Ribuan warga Suriah menyambut kabar ini dengan turun ke jalan di Damaskus. Warga meneriakkan seruan kebebasan dan mengekspresikan harapan akan masa depan yang lebih baik. Perdana Menteri Mohammad Ghazi Al-Jalali menyerukan perlunya segera diadakan pemilu untuk memilih pemimpin yang diinginkan rakyat.
Kekuasaan Bashar Al-Assad diwarnai berbagai kekejaman yang memicu perang saudara sejak 2011. Tuduhan pelanggaran hak asasi manusia, penindasan brutal terhadap oposisi dan penghancuran kota-kota besar seperti Aleppo dan Homs menjadi sorotan dunia. Dukungan militer Iran dan Rusia membantu Assad mempertahankan kekuasaannya selama bertahun-tahun.
Namun, kemarahan rakyat Suriah akhirnya memuncak. Serangan mendadak pemberontak berhasil merebut sebagian besar wilayah di Suriah utara, memaksa keluarga Assad melarikan diri ke Rusia beberapa hari sebelum Damaskus jatuh. Kedutaan Besar Iran di Damaskus juga diserbu, simbol kuat runtuhnya pengaruh Teheran di Suriah.
Meski tumbangnya rezim Assad membawa harapan, Suriah menghadapi tantangan besar. Perpecahan etnis dan sektarian, dampak perang berkepanjangan serta pengaruh kelompok milisi pro-Iran dan Rusia masih membayangi. Proses transisi menuju pemerintahan yang demokratis dan stabil akan menjadi ujian bagi negara yang porak-poranda ini. (aan/mzm)