Jakarta, SERU.co.id – Israel kembali menyerang Palestina, kali ini menyasar tenda-tenda pengungsi di Rafah. Delapan rudal dijatuhkan pada Minggu (26/5/2024) malam, hingga menewaskan 45 orang dan melukai 249 orang. Mayoritas korban adalah anak-anak dan wanita, all eyes on Rafah viral di media sosial.
Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan, penyerangan kali ini merupakan ‘kesalahan tragis’. Namun tetap konsisten melakukan operasi.
Salah satu relawan, Mohammed Abuassa bercerita, mereka mengevakuasi orang-orang dalam kondisi tidak tertahankan.
“Kami mengeluarkan anak-anak yang terpotong-potong, menarik keluar orang-orang muda dan lanjut usia. Kebakarannya seolah tidak nyata,” seru Abuassa.
Salah satu korban selamat, Al-Fayoum mengungkapkan, apinya sangat besar. Serangannya sangat mendadak, bom jatuh tanpa peringatan.
“Banyak yang baru selesai salat malam, ada yang tertidur dan sedang berkumpul bersama keluarga. Kami melihat tenda-tenda terbakar dan harus mengumpulkan anggota tubuh yang terpotong-potong dan anak-anak yang mati,” bebernya.
Sejumlah negara-negara di dunia ramai-ramai mengutuk serangan Israel tersebut. Rusia lewat Menteri Luar Negerinya bahkan menganggap serangan terhadap kamp pengungsian di Rafah tidak dapat diterima.
Presiden Perancis, Emmanuel Macron mengaku, marah dengan serangan Israel ini
“Operasi ini harus dihentikan. Tidak ada wilayah yang aman di Rafah bagi warga sipil Palestina,” ujarnya di X.
Presiden Turki, Recep Tayyib Erdogan menyatakan, siap meminta pertanggungjawaban Perdana Menteri Israel atas serangan tersebut.
“Awal bulan ini, Turki mengakhiri semua perdagangan dengan Israel. Karena peran mereka dalam krisis kemanusiaan di Gaza, perjanjian perdagangan bebas jangka panjang berakhir,” pungkasnya. (aan/rhd)