Malang, SERU.co.id – Pesan retorik ‘Jangan Melupakan Sejarah’ (jas merah) yang dipekikkan oleh Proklamator Kemerdekaan Indonesia, Bung Karno, terejahwantakan dalam pendirian Museum Pendjara Lowok Waroe, Selasa (16/6/2020). Peresmian museum oleh Kakanwil Kemenkumham Jatim, Krismono ini, disaksikan oleh Sekretaris Inspektorat Jenderal Kemenkumham, Tholib, Kalapas Kelas I Lowokwaru Malang, Anak Agung Gede Krisna, dan tamu undangan lainnya,
Bekas bangunan tandon air yang terletak di sebelah Barat Daya dalam lapas ini, merupakan cikal berdirinya Lapas pada jaman penjajahan Belanda pada tahun 1918. Kini dimanfaatkan sebagai museum untuk menyimpan dan memamerkan sejumlah koleksi benda antik bersejarah, mulai dari kendaraan mutasi tahanan, sepeda onthel patroli, mesin ketik, alat tenun dan mesin jahit untuk ketrampilan narapidana, genset kuno, hingga wajan berukuran raksasa sebagai alat masak yang menjadi ikon museum.
Ide awal berdirinya museum ketika petugas lapas membersihkan sejumlah ruangan yang ada di dalam lapas. Mereka menemukan sejumlah barang antik berikut foto-foto arsip Lapas Lowokwaru Malang. “Akhirnya kami berinisiatif untuk membuat sebuah museum di dalam Lapas Lowokwaru Malang ini,” ungkap Kalapas Kelas I Lowokwaru Malang, Anak Agung Gede Krisna, sang inisiator Museum Pendjara Lowok Waroe ini.
Menurutnya, berdirinya museum ini untuk merefleksi serta mengingat kembali sejarah Lapas Lowokwaru yang mengalami pergantian tiga masa, yakni Belanda, Jepang dan masa kemerdekaan. “Kami ingin mengajak siapapun untuk belajar menghargai sejarah. Karena melalui sejarah, kita akan mengerti bahwa bangsa ini bukan lahir dari belas kasihan, namun perjuangan dan pengorbanan yang pantang menyerah. Semoga kepedulian terhadap nilai-nilai historis bangsa ini tidak akan pemah hilang,” tegas Agung, sapaan akrab Kalapas.
Secara historis, perkembangan Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Lowokwaru Malang tahun 1921-1987, dibagi menjadi dua periode. Periode pertama kepenjaraan tahun 1921-1964, menjadikan penjara sebagai tempat penahanan narapidana. Dan periode kedua pemasyarakatan tahun 1964-1987, menjadikan lembaga pemasyarakatan sebagai tempat perbaikan dan pembinaan narapidana, hingga sekarang.
Kakanwil Kemenkumham Jatim Krismono mengapresiasi pendirian museum yang dipermak hanya dalam waktu 3 hari 3 malam ini. Museum ini akan dijadikan sarana edukasi bagi para tamu dan keluarga Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang sedang berkunjung ke Lapas Lowokwaru Malang. “Kami ingin mengubah image bahwa penjara sekarang tidak seseram yang dibayangkan. Selain sebagai museum sejarah, juga sebagai wahana edukasi anak-anak sekolah maupun masyarakat umum,” apresiasi pemberi nama Museum Pendjara Lowok Waroe ini.
Mantan Kalapas Lowokwaru periode 2015-2018 ini menambahkan, museum ini merupakan museum penjara pertama kali di Indonesia. Krismono mencontohkan koleksi mobil kuno merupakan peninggalan dari pahlawan Kota Malang di masa perjuangan, yakni Hamid Rusdi. “Kemungkinan peninggalan beliau atau pernah dipakai beliau (Hamid Rusdi). Tapi kami harus kroscek kembali untuk melihat arsip-arsip lama lagi. Dan ini merupakan contoh yang baik, agar nantinya bisa ditiru di lapas-lapas lain yang ada di Indonesia,” tutur Krismono.
Senada, Sekretaris Inspektorat Jenderal Kemenkumham Tholib menyatakan, Lapas Malang ini memiliki sejarah yang unik. Selain nilai sejarah perjalanan dan barang-barang bersejarah yang ada di dalamnya, Lapas Lowokwaru Malang memiliki banyak keistimewaan di dunia Kepenjaraan. “Seperti ISO itu dimulai dari sini. Selain WBBK, Lapas ini juga masuk WBBM yang juga masuk penilaian istimewa. Kunjungan Drive Thru juga jadi percontohan nasional. Ini tak lepas dari dukungan SDM-nya yang juga luar biasa,” apresiasi mantan Kalapas Malang, sebelum era kepemimpinan Krismono ini. (rhd)