Gagal Panen Dampak Kemarau Ekstrem, Harga Cabai Tembus Rp80 Ribu

Nasir tengah melakukan transaksi jual beli di lapak sayurnya, yang berada di Pasar Bunul, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. (Seru.co.id/wul) - Gagal Panen Dampak Kemarau Ekstrem, Harga Cabai Tembus Rp80 Ribu
Nasir tengah melakukan transaksi jual beli di lapak sayurnya, yang berada di Pasar Bunul, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. (Seru.co.id/wul)

Malang, SERU.co.id – Musim kemarau ekstrem yang tengah terjadi saat ini, berdampak kepada naiknya harga beberapa sayur-sayuran. Terutama komoditi cabai rawit. Harga cabai rawit di Pasar Bunul, Kecamatan Blimbing, Kota Malang telah menyentuh di harga Rp80 ribu. Selain kelangkaan stok, kualitas barang juga mengalami penurunan.

Salah satu pedagang sayuran di Pasar Bunul, Nasir (50) mengaku, kenaikan harga cabai rawit itu sudah terjadi sejak 10 hari terakhir. Dimana kenaikan salah satu bumbu dapur itu mencapai dua kali lipat dari sebelumnya.

Bacaan Lainnya

“Minimal (kenaikan) Rp80 ribu, merata di sini, ini udah lama ini sekitar 10 harian. Sebelumnya itu sekitar Rp40-45 ribu. Langsung naik terus setiap hari Rp5 ribu terus wes,” seru Nasir, saat dikonfirmasi SERU.co.id.

Baca juga: Cabai Rawit di Kabupaten Malang Tembus Rp80 Ribu Perkilogram

Nasir mengatakan, kelangkaan cabai tersebut terjadi karena susahnya pasokan barang dari petani lantaran terjadi gagal panen. Hal itu disebabkan panasnya cuaca dan rendahnya pasokan air di daerah penghasil cabai langganannya.

“Ya gak ada barangnya, kan langka. Faktornya karena cuaca ini panas, rusak mati. Daerah ini, daerah Buring ini kan banyak tidak ada, mati,” jelasnya.

Selain berdagang sayuran dan juga bumbu dapur di Pasar Bunul sejak tahun 1990 itu. Nasir juga merupakan seorang petani cabe, sehingga dirinya turut merasakan secara langsung dampak dari kemarau ekstrem ini.

Menurutnya, daun tumbuhan cabai akan menguning kemudian berguguran, batang pohonnya akan mengering karena minim air sehingga enggan untuk berbuah. Hal tersebut juga turut berdampak kurang baik, pada kualitas cabe yang berhasil berbuah.

“Kurang bagus, agak layu tidak segar, kurang air,” ulasnya.

Warga asli Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang itu menyebut, agar bisa sama-sama bekerja, perolehan hasil panen cabe dari pemasok kini harus dibagi dengan para pedagang lain.

“Menipis (pasokan), maksudnya dibagi-bagi begitu, misalnya saya ngambil 5 kilo itu dibagi 3 kilo, biar kebagian semuanya. (pasokan berkurang jauh) iya berkurang,” kata Nasir.

Hal tersebut juga turut terdampak kepada daya tarik pembeli, dimana para konsumen cenderung mengurangi minat belinya. Selain cabe rawit cabe keriting juga turut mengalami kenaikan, dimana harga normanya Rp30 ribu naik menjadi Rp60 ribu per kilogramnya.

“Keriting 60 mahal itu juga keriting tidak ada barangnya gak ada. Awal cuma Rp25-30 ribu, barangnya tidak ada, saya gak dapat ini,” paparnya.

Baca juga: Temukan Harga Gula Meroket, Pj Wali Kota Malang Instruksikan Pasar Murah

Kemudian yang juga sangat terasa adalah kenaikan dari sayur sawi, dalam satu bulan terakhir harga sawi di pasaran melonjak. Dimana yang biasanya satu ikat besar dengan isi 25 ikat kecil dihargai Rp15-20 ribu dari tengkulak. Kini bisa naik menjadi Rp40 ribu.

“Biasanya Rp15, Rp20 ribu udah pol itu (mahal), sekarang Rp40 ribu mahal udah lama ini sekitar satu bulanan. Karena kering ini,” kata Nasir.

Selain faktor kurangnya air di tengah musim kemarau, para petani sayur juga banyak yang beralih ke tanaman padi. Di ladang yang biasanya mereka tanami aneka sayuran seperti kangkung, sawi, bawang daun dan lain sebagainya. Karena melihat harga beras di pasar yang juga melambung tinggi. (wul/mzm)

Pos terkait