Gelar Aksi Diam, Keluarga Korban Kanjuruhan Terus Desak Pemerintah

AKSI KAMISAN: Para keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan menggelar Aksi Diam di depan Kantor Bupati Malang, Jalan Panji, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Kamis (22/6/2023) sore. (SERU.co.id/wul) - Gelar Aksi Diam, Keluarga Korban Kanjuruhan Terus Desak Pemerintah
AKSI KAMISAN: Para keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan menggelar Aksi Diam di depan Kantor Bupati Malang, Jalan Panji, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Kamis (22/6/2023) sore. (SERU.co.id/wul)

Malang, SERU.co.id – Puluhan keluarga korban dan massa aksi Tragedi Kanjuruhan gelar Aksi Diam di depan Kantor Bupati Malang, Jalan Panji, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Kamis (22/6/2023) sore. Kegiatan tersebut digelar guna terus mendesak pemerintah Kabupaten Malang, kelanjutan dari kedilan untuk keluarga mereka yang turut menjadi korban dalam tragedi, 1 Oktober 2022.

Ayah Mayang Agustin, korban Tragedi Kanjuruhan, Sunari mengatakan, dirinya dan para keluarga korban lainnya tidak akan menghalang-halangi rencana renovasi Stadion Kanjuruhan. Namun, mereka tetap menuntut sebelum dilakukan proyek tersebut agar tuntutan yang telah mereka layangkan dirampungkan terlebih dahulu

Bacaan Lainnya

“Kita ini semuanya keluarga korban intinya mendukung, tapi dengan catatan selesaikan dulu masalah Tragedi Kanjuruhan,” seru Sunari, saat dikonfirmasi SERU.co.id.

Sunari menyebut, semua keluarga korban berharap agar kasus yang merenggut nyawa para orang tercinta mereka itu diusut dengan seadil-adilnya. Jika berkaca seperti kasus pembunuhan yang dilakukan oleh anggota kepolisian Sambo, dimana satu nyawa yang menjadi korban namun hukuman yang diterima dirasa sangat sepadan.

Menurutnya, dari 135 korban ini bukanlah kecelakaan semata. Menurut pria berusia 56 tahun itu, ini sebuah pembantaian.

“Ini termasuk bukan pembunuhan atau kecelakaan, ini pembantaian,” jelasnya.

Dirinya dan para keluarga korban lainnya menganggap pemerintah tak ikut andil dalam upaya usut tuntas yang terus mereka upayakan hingga saat ini.

“Kok pemerintah seolah-olah membekukan keluarga korban. Harapan kami sama dulu-dulu ini semua minta keadilan seutuhnya,” ucap Sunari.

Sementara itu, ayah Eka Prianti Mei Wulandari juga salah satu korban Tragedi Kanjuruhan, Sanuar menerangkan, terkait isu perpecahan antara keluarga korban kini tak lagi terjadi. Dimana saat ini mereka saling bersatu menuju satu suara untuk terus menuntut keadilan.

“Ini untuk keluarga korban Kanjuruhan sekarang berasa tadinya pecah, sekarang bersatu untuk menuntut sebuah keadilan,” ungkapnya.

Namun, dalam aksi yang digelar sejak pukul 15.00 WIB itu para keluarga korban dan masa harus menelan kekecewan. Yang mana tidak ada perwakilan DPRD ataupun Bupati Malang yang datang dan menanggapi orasi mereka.

Dirinya menyebut, tidak tahu pasti alasan para pemerintah daerah tersebut tidak menghampiri mereka dalam Aksi Kamisan tersebut.

“Kita gak tahu untuk alasan daripada DPRD yang intinya sore hari ini dari DPRD tidak menemui korban-korban Kanjuruhan ini. Dan juga pak bupatinya, sore hari ini tidak mau menemui sama korban Kanjuruhan,” ucapnya. (wul/mzm)

disclaimer

Pos terkait