Malang, SERU.co.id – Saat ini isu stunting menjadi salah satu prioritas untuk segera ditangani, karena stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, menurunkan produktivitas kerja. Oleh karenanya, jika tidak segera tertangani, dampak kedepannya bisa menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kemiskinan serta kesenjangan.
“Untuk itulah, dalam rangka mewujudkan Indonesia masuk ke dalam kategori negara maju, maka isu stunting menjadi prioritas. Semua pihak harus terlibat dalam penanganan stunting. Termasuk civitas akademika UMM dan alumni,” ungkap Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Letjen (Purn) Dr dr Terawan Agus Putranto, SpRad(K) RI, saat orasi ilmiah Wisuda ke-95 UMM Periode I Tahun 2020 Program Diploma, Sarjana, dan Pascasarjana, di Dome UMM. Sabtu (29/2/2020).
Mengusung tema “Mewujudkan Indonesia Maju melalui Percepatan Penurunan Angka Stunting”, di hadapan 977 wisudawan, dr Terawan menyampaikan, peran multisektoral dari berbagai disiplin ilmu sangat diperlukan dalam upaya menurunkan angka stunting di Indonesia.
“Stunting adalah kondisi gagal tumbuh kembang pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis. Akibatnya anak menjadi lebih pendek untuk usianya, dan kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal kehidupan setelah lahir dan menetap setelah anak berusia 2 tahun,” jelas perumus Terawan Theory ini.
Kekurangan gizi, lanjutnya, selain disebabkan oleh masalah pangan, diperberat oleh adanya infeksi penyakit, baik menular maupun tidak menular. Kemudian juga sanitasi lingkungan, ketersediaan air minum yang tidak layak, serta pola asuh keluarga.
Ada tiga pilar utama penyusun modal manusia generasi mendatang, dimana kesehatan merupakan salah satu pilar yang menilai ada tidaknya stunting, apakah anak-anak menyelesaikan sekolah dengan kesehatan yang baik, dan siap untuk tingkat pendidikan selanjutnya dan/atau bekerja.
“Dari sini terlihat bahwa keterlibatan semua bidang sangat dibutuhkan. Bidang kesehatan hanya mampu sukses menurunkan angka stunting 30 persen, sedangkan 70 persen lagi adalah dari bidang lain termasuk teknik, lingkungan, santasi, pendidikan dan bidang lainnya semua ikut terlibat,” beber pria kelahiran Sitisewu, Yogyakarta, 5 Agustus 1964 ini.
Kegiatan upaya pencegahan terjadinya stunting harus dilakukan pada seribu hari pertama kehidupan yang dimulai sejak ibu hamil sampai dengan anak berusia 2 tahun yang merupakan Golden Periode, periode yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan balita. “Dengan penanganan yang tepat pada 1000 hari pertama kehidupan, maka akan lahir dan tumbuh bayi yang terhindar dari gangguan gizi serta berkembang secara optimal,” tandas Terawan.
Sementara itu Rektor UMM, Dr. Fauzan, M.Pd, mengatakan pelaksanaan wisuda bukan sekedar rutinitas dan seremoni semata, tetapi juga sebagai bentuk pertanggungjawaban publik atas proses pendidikan di UMM. “Kami meyakini bahwa wisudawan-wisudawati ini akan mampu memainkan peran di tengah-tengah masyarakat dengan bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka dapatkan selama kuliah,” ungkap Fauzan.
Di samping itu, bekal Al Islam Kemuhammadiyahan telah memberi penguatan iman dan amal yang terintegrasi dalam proses pendidikan di UMM, serta memberikan dasar yang kokoh dan menjadi pijakan yang kukuh dalam berkiprah di masyarakat,” tandasnya. (rhd)