Apresiasi Konsep Pasar Pintar Pertama di Indonesia, Walikota Resmikan Joyo Agung Market

Peresmian Pasar Pintar Joyo Agung Market. (rhd)

Malang, SERU.co.id – Usai sempat berpolemik sekitar 2 minggu, akhirnya Pasar Pintar Joyo Agung Market (JAM) Merjosari, Lowokwaru Kota Malang, yang dikelola oleh PT Joyo Agung Semesta, diresmikan oleh Walikota Malang Sutiaji, Pangdivif 2/Kostrad Mayjen TNI Tri Yuniarto, Direktur PT Joyo Agung Semesta Djoko Tritjahjana, SE, SH, MH, Investor JAM Wendy Juniarto, dan lainnya, Kamis (20/2/2020).

Dalam sambutannya, Walikota Malang Sutiaji mengapresiasi keberadaan Pasar Pintar Joyo Agung Market yang telah membawa nama Kota Malang, dimana keberadaan JAM menandaskan Pasar Pintar pertama di Indonesia. “Atas nama Pemkot Malang kami mengucapkan terima kasih, karena keberadaan JAM sebagai salah satu ikon Smart City. Dimana dalam transaksionalnya terjadi edukasi antara pembeli dan penjual melalui aplikasi Malltronik yang bisa diunduh melalui playstore android,” ungkap Sutiaji.

Bersama Forkompinda, jajaran JAM, stakeholders dan undangan. (rhd)

Sutiaji pun mencontohkan salah satu penjual telur asin, Hariyah (63), mau tak mau harus menguasai teknologi melalui gawai yang dipegangnya. Pasalnya, untuk bertransaksi harus menggunakan aplikasi dengan sistem non tunai. “Contoh seperti ini turut mencerdaskan bangsa, baik muda maupun tua. Penjual dan pembeli harus memiliki aplikasi tersebut, sehingga harus paham IT. Karena pembayarannya cashless,” imbuh Sutiaji.

Manfaat lainnya, perbankan bisa melihat kapabilitas penjual melalui transaksi terbuka di aplikasi. Sehingga lebih mudah dalam memberikan KUR. “Track record dan alur transaksinya jelas, tak ada yang bisa dimanipulasi. Jadi bisa lebih mudah,” papar pria penghobi badminton ini.

Walikota melakukan scan barcode untuk melakukan transaksi cashless. (rhd)

Pola pasar tradisional yang dikelola secara modern melalui teknologi ini juga dibarengi dengan penataan layaknya pasar rakyat yang sudah ada di Kota Malang, seperti Pasar Bunul, Pasar Oro-Oro Dowo, Pasar Klojen, Pasar Bareng, dan lainnya. Selain tertata, kebersihannya juga terjaga, lahan parkir tertata rapi dengan melibatkan karang taruna setempat, kualitas barang terjaga, harga terjangkau, dan lainnya.

“Adanya pasar rakyat pintar milik swasta ini, tidak menutup kemungkinan Pemkot akan mengadopsi ilmu JAM. Nantinya akan kita kolaborasikan dengan program lainnya. Kami mohon kepada pengelola untuk meningkatkan dan menguatkan kapasitas Wi-Fi, karena ruh utamanya pasar pintar di situ,” seru pria nomor satu di jajaran Pemkot Malang ini.

Walikota berkeliling dan menyapa pedagang. (rhd)

Dengan pelaksanaan Grand Opening atau peresmian JAM oleh Walikota, dengan sendirinya menjawab dan memastikan semua konflik dengan warga Merjosari sekaligus sorotan DPRD Kota Malang, telah usai. “Perijinan terkait JAM sudah beres dan lengkap, buktinya saya resmikan saat ini,” jawab Sutiaji, kepada awak media, usai peresmian.

Sementara itu, Direktur Pasar Pintar JAM Djoko Tritjahjana, menjelaskan, akan segera membenahi dan melengkapi fasilitas yang kurang. Selain itu akan terus melakukan beragam pola promosi dalam mengenalkan JAM. “Kami mengakui masih perlu melakukan banyak pembenahan. Seperti yang disarankan pak wali terkait wifi agar bandwidthnya diperbesar, sebagai antisipasi lemotnya provider,” ungkap Djoko.

Menurut pria yang berprofesi pengacara ini, pihaknya berencana menggelar beragam kegiatan yang dapat mengundang massa. Tentunya, konsep edukasi akan terus ditanamkan dalam mindset pengunjung, sebagai identitas pasar pintar. “Selain pola transaksi digital, kami juga mengedukasi tentang produk yang dijual. Sehingga menuntut pedagang mengutamakan kualitas dagangannya. Terutama makanan yang berkaitan dengan kesehatan,” tandasnya.

Pangdivif 2/Kostrad Mayjen TNI Tri Yuniarto, memborong buah durian promo. (rhd)

Disebutkan, sekitar 156 pedagang telah mengisi seluruh lapak di JAM, yang terbagi lapak depan pasar untuk penjual makanan dan minuman, dan lapak dalam untuk kebutuhan rumah tangga, seperti sayur, buah-buahan, daging, dan lainnya. Dimana sekitar 50 persen pelapak adalah UMKM dari warga sekitar JAM, yang dikenakan biaya sewa mulai Rp 15.000 sampai Rp 35.000 per harinya. (rhd)

Pos terkait