Lebih jauh disebutkan, pagi tadi ada laporan dari paguyuban Pengguna Robot Trading, itu kurang lebih 500 orang member yang melapor dengan kerugian berkisar Rp 500 miliar sampai dengan Rp1 triliun.
“Ini yang coba kami dalami. Member dijelaskan robot trading ini akan memberikan keuntungan yang lebih, perlu kita pahami pada saat pandemi Covid dimana seluruh kegiatan aktifitas perekonomian ini terbatas. Sehingga, memberikan ruang pada masyarakat untuk melakukan bisnis melalui jaringan internet dan handphone,” sebut dia.
Masih kata Kapolresta, dengan memberi iming-iming paket keuntungan yang menjanjikan, akhirnya banyak warga masyarakat yang tertarik untuk berinvestasi. Mereka tidak hanya dari Indonesia namun juga luar negeri.
Namun setelah April 2022, komunikasi member dan menajemen ATG terputus. Sehingga, dana yang ingin mereka tarik atau withdraw ini tidak bisa dicairkan.
“Itulah yang menjadi persoalan sehingga ATG ini banyak laporan,” jelasnya.
Ditanya apakah ada keterkaitan Crazy Rich lain, kata Kapolres, pihaknya masih melakukan pendataan dan pendalaman terkait member.
“Masih kami data karena ada di beberapa wilayah luar negeri seperti Amerika, Rusia dan Perancis. Sedangkan aset di luar negeri masih didalami, karena kita bekerja sama dengan PPATK,” urainya.