Strategi Atasi Anak Adiksi Gadget

Ayu Nur Hamidah, S.Pd
Ayu Nur Hamidah, S.Pd

Oleh: Ayu Nur Hamidah, S.Pd
(Guru IPS SMP Islam Sabilillah Malang)

Penggunaan gadget saat ini menjadi salah satu hal yang sangat sulit dihindari. Hampir dalam setiap aktivitas gadget memiliki peran dan fungsinya. Bisa dikatakan saat ini gadget bukan lagi menjadi kebutuhan skunder bahkan primer, tapi menjadi kebutuhan pokok bagi setiap manusia dalam beraktifitas. Mulai dari anak-anak sampai dengan orang dewasa gadget menjadi barang yang sangat dekat dengan mereka. Bisa dibayangkan, mulai bangun tidur untuk mengecek waktu saja sudah menggunakan handphone bukan lagi jam dinding, memasang alarm juga memakai handphone bukan lagi jam weker. Televisi bukan lagi menjadi satu-satunya hiburan di rumah, namun berbagai macam gadget sudah menggantikan fungsinya seperti; handphone/smartphone, tablet, laptop/notebook, headphone, dan lain sebagainya.

Bacaan Lainnya

Penggunaan gadget yang ditemui hampir disemua kalangan membawa dampak tersendiri bagi penggunanya. Penggunaan gadget pada anak-anak sudah sering ditemui, bahkan anak usia dibawan satu tahun sudah banyak yang dikenalkan dengan barang tersebut. Entah sebagai alat untuk mengalihkan si anak agar tetap tenang ketika orang tua atau pengasuh mengerjakan aktivitas lainnya ataupun mengalihkan anak ketika tantrum agar berhenti menangis. Pola asuh seperti ini tentunya akan berdampak pada anak, selain paparan layar yang tidak baik untuk perkembangan mereka hal lain yang sangat mungkin terjadi adalah adiksi gadget. 

Adiksi gadget merupakan aktivitas penggunaan gadget secara berlebihan yang menyebabkan penurunan kondisi psikologis individu baik mental maupun emosional, gangguan perilaku serta interaksi sosial. Hal ini biasanya kita sebut dengan kecanduan gadget, kondisi dimana seseorang memiliki keinginan yang tak terkendali untuk menggunakan alat elektronik tersebut. Kondisi inilah yang nantinya akan berpengaruh pada kesehatan mental. Kondisi ini dapat terjadi tidak hanya pada anak-anak dan remaja, namun juga bisa terjadi pada orang dewasa. 

Pada anak-anak kondisi ini biasanya ditandai dengan anak sulit fokus, kurang tidur, sulit untuk dikendalikan dan perilaku bermasalah lainnya. Hal ini juga dapat memicu sifat agresif anak. Adiksi gadget juga bisa membuat anak kesulitan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan suka menyendiri. Menurut salah seorang dokter spesialis anak, penggunaan gadget pada anak yang belum bisa bicara dapat menyebabkan keterlambatan bicara. Sedangkan pada anak balita juga memengaruhi kesehatan mata, kesehatan telinga, gangguan tidur dan sulit fokus ketika diajak berbicara. Pada anak usia sekolah akan berpengaruh pada turunnya konsentrasi yang berakibat menurunnya prestasi belajar. Kondisi seperti ini jika dibiarkan terus berlanjut maka masa depan anak-anak Indonesia sangat miris untuk kita bayangkan. Lantas siapakah yang salah jika hal ini benar-benar terjadi?

Orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam pengawasan penggunaan gadget pada anak. Sikap dan perilaku orang tua serta hubungan orang tua – anak yang tepat dan hangat sangat diperlukan. Perilaku orang tua sehari-hari dalam menggunakan gadgetnya, lingkungan rumah yang orang tua ciptakan dan peraturan penggunaan gadget dalam keluarga akan memengaruhi anak. 

Orang tua dapat menerapkan berbagai macam strategi berikut dalam penerapan aturan dan pengawasan penggunaan gadget anak. Pertama, minimalisir penggunaan gadget dan terapkan aturan penggunaan meliputi; batasi waktu penggunaan gadget 1-2 jam per hari, jenis konten yang diizinkan, permainan apa yang boleh dimainkan, kapan bisa menggunakan internet, menghindari penempatan gadget di kamar anak, tidak menggunakan gadget setengah jam sebelum tidur, dan bisa juga disertai dengan peraturan tegas penggunaan gadget diberikan sebagai bentuk imbalan ketika anak sudah melakukan perbuatan baik dan dilarang ketika anak melakukan perbuatan buruk.

Kedua, orang tua aktif mendampingi anak ketika anak menggunakan gadget. Orang tua bisa mendampingi dan mengajak diskusi dengan duduk bersama, misalkan dengan bertanya apa yang sedang ditonton, permainan apa yang sedang dimainkan, atau anak diajak diskusi hal lain yang tidak berhubungan dengan apa yang sedang mereka lakukan hal ini bertujuan untuk mengalihkan perhatian anak. Ketiga, ciptakan waktu keluarga tanpa gadget. Misalkan dengan membuat kegiatan diluar rumah, bermain, berkebun, olahraga bersama atau menghabiskan waktu bersama di rumah dengan permainan-permainan alternatif yang orang tua siapkan, memasak bersama, bercerita atau kegiatan-kegiatan lain yang menyenangkan.

Keempat, menjadi teladan yang baik untuk anak dengan meminimalkan penggunaan gadget ketika bersama anak dirumah. Jika setelah pulang kerja seharian sang ayah menghabiskan waktunya dengan taman bermainya dan sang ibu menjelajah sosial medianya, bagaimana anak bisa mendapatkan kehangatan emosional dengan orang tuanya. Disinilah orang tua memiliki kesempatan untuk memberikan teladan baiknya kepada anak. Orang tua adalah figur yang paling dekat dengan anak. Apapun yang dilakukan akan menjadi model pendidikan bagi anak. Mereka akan menyerap tindak-tanduk dari orang tuanya. Pada masa golden age anak adalah peniru yang sempurna dari orang tuanya.

Kurangnya kehangatan emosional, kurangnya komunikasi dan kurangnya pengawasan dari orang tua juga dapat berpengaruh pada risiko adiksi gadget pada anak. Pola asuh orang tua yang tepat sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya adiksi gadget. Berbagai jenis mainan yang dijual dipasaran menuntut orang tua selektif dalam memilih mainan yang tepat untuk anak. Orang tua dapat memilih mainan dengan bijak, tidak harus terbaru atau yang mahal, namun yang dapat mendorong anak untuk aktif secara fisik dan mental. Mainan yang mendidik adalah mainan yang dapat menumbuhkan interaksi yang mendukung antara pengasuh dan anak, aman, tepat dan terjangkau. Maianan dapat memfasilitasi perkembangan kognitif, psikomotorik, interaksi bahasa, dan penyelesaian masalah. Sedangkan gadget tidak bisa memberikan interaksi langsung antara anak dengan pengasuh dan lingkungan. Permainan tradisional yang banyak terdapat di Indonesia dari berbagai daerah cukup efektif sebagai alternatif kegiatan bermain anak dalam upaya pencegahan dan solusi adiksi gadget pada anak.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *