Malang Gencar Perangi Hoax Vaksinasi

Walikota Malang Sutiaji (gab) - Malang Gencar Perangi Hoax Vaksinasi
Walikota Malang Sutiaji. (gab)
Pemkot Wacanakan Gandeng Influencer

Malang, SERU.co.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Malang, mewacanakan bakal mengandeng Influencer, jelang proses vaksinasi tiap daerah yang akan dilakukan pada pertengahan Januari 2021. Salah satu alasan bakal mengandeng Influencer itu berguna untuk memerangi informasi-informasi yang diklaim sebagai Hoax terkait vaksin memiliki efek samping dan berbahaya.

“Insyallah bakal menggandeng para milenial atau influencer, untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat, supaya tidak ada Hoax seperti jika mau disuntik nanti akan lumpuh dan meninggal,” ungkap, Sutiaji, Walikota Malang, Senin (11/1/2021).

Bacaan Lainnya

Namun untuk realisasinya sendiri belum diketahui secara jelas, sebab  jika berpegang pada instruksi Pemerintah Provinsi Jawa Timur belum ada ketentuan yang menyarankan hal tersebut.

“Tapi dari ketentuan Pemprov belum ada, sehingga kemarin coba saya usulkan supaya tidak ada Hoax,” ujarnya saat diwawancarai awak media.

Hingga saat ini jadwal penerimaan vaksin Sinovac yang telah berada di Surabaya sekitar 70 ribu lebih itu belum diketahui kapan akan mulai didistribusikan ke tiap daerah khususnya Kota Malang.

“Untuk penerimaan tiap daerah kami masih belum tau, karena belum ada pemberitahuan dari Pemerintah Pusat, jadi kita tunggu saja,” tuturnya.

Selanjutnya terkait dengan jumlah vaksinasi di tahapan pertama bagi Kota Malang masih dalam proses perhitungan sampai saat ini.

Hal itu diungkapkan, Sri Winarni, Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang, updating data dilakukan sesuai dengan petunjuk dari Kementrian Kesehatan melalui Sistem Informasi Sumberdaya Manusia Kesehatan (SISDMK).

Jadi bagi seluruh Fasilitas Pelayanan Layanan Kesehatan (Fasyankes) akan diberikan akun untuk melakukan update data Tenaga Kesehatan (Nakes) dan penunjang kesehatan, kemudian dimasukkan kedalam SISDMK.

“Hingga tgl (7/1/2021) kemarin, yang sudah terupdate dan lengkap itu sekitar 7000 ribu dari sekitar 13-14 ribu tenaga kerja kesehatan,” tutupnya. (gab/red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *