Kolokium Nasional Cendekiawan Muda Muhammadiyah dalam Memajukan Indonesia dan Mencerdaskan Semesta

Penyerahan buku “Dari Muhammadiyah Untuk Bangsa”. (rhd)

Malang, SERU.co.id – Muhammadiyah yang lahir 1912, memiliki pengalaman yang lebih lama dibandingkan dengan negara Indonesia yang diproklamirkan oleh Soekarno dan Moh. Hatta pada 1945. Bahkan dalam perjalanan mengisi kemerdekaan, peran-peran penting Muhammadiyah tak bisa dipandang sebelah mata dalam menjangkau seluruh aspek pembangunan nasional, meliputi bidang pendidikan, kesehatan dan filantropisme, politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan, serta aspek-aspek lainnya, yang bersifat interdisipliner.

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir, MSi, mengapresiasi Cendekiawan Muda Muhammadiyah (CMM) yang berani berkontribusi dalam menyelesaikan masalah-masalah kebangsaan dewasa ini. “Konsolidasi dan memperkuat jejaring CMM di seluruh Indonesia harus dilakukan. Karena bangsa Indonesia itu juga dulu kan lahir dari pergumulan kaum muda. Soekarno, Hatta, Ahmad Dahlan dan Hasyim Asy’ari serta semua para pendiri bangsa itu dulu kaum muda,” ungkap Haedar, saat membuka Kolokium Nasional Interdisipliner Cendekiawan Muda Muhammadiyah, di Sengkaling Convention Hall UMM, Jumat (6/3/2020).

Bacaan Lainnya
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir, MSi, membuka Kolokium Nasional. (rhd)

Disebutkannya, di saat isu kaum milenial itu kesannya adalah budaya populer, anak-anak muda Muhammadiyah ingin mencoba menghadirkan nuansa intelektualisme kebangsaan. “Cendekiawan Muhammadiyah harus memperkaya dimensi alternatif bagaimana mengisi cita-cita pendiri bangsa dengan Islam tanpa mengancam keberadaan ‘yang lain’. Untuk itu, anda harus memperkaya bacaan dan memperluas pergaulan, muhasabah terus menerus,” pesan Haedar.

Hubungan antara Islam dan politik, lanjutnya, ada substansi dan instansi, tinggal bagaimana elaborasi seperti Bhinneka Tunggal Ika. Menurutnya, tokoh-tokoh Muhammadiyah sering kehilangan konteks. Dengan elaborasi, dapat mengikuti dinamika politik. “Meski sebenarnya tidak bisa disatukan, namun dapat bersama-sama. Dalam dinamika politik, biasanya orang mereduksi Islam menjadi Islamisme secara negatif. Seperti orang kehilangan pegangan apa saja diambil. Seharusnya ada esensi politik, yang dikonstruksi menjadi konstitusi,” tandasnya.

Para peserta Kolokium Nasional. (rhd)

Gelaran menyambut Muktamar Muhammadiyah ke-48 ini bertajuk “Konsolidasi Kaum Muda Muhammadiyah untuk Memajukan Indonesia dan Mencerahkan Semesta”, yang berlangsung 2 hari, Jumat-Sabtu (6-7/3/2020) ini juga dihadiri Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) RI, Prof Dr Muhadjir Effendy, MAP.

“Di kalangan Muhammadiyah sudah ada anak muda yang mencoba meluruskan keadaan, dengan penelitian dan laporan-laporan indepth. Ini bagus sekali. Sebab di luar sana ada tren ke-tidak tekunan. Banyak juga anak muda Muhammadiyah yang ingin panen praktis dengan cara berpolitik. Tapi yang hadir di sini, Insyaallah, tidak seperti itu,” ungkap Muhadjir.

Menko PMK RI, Prof Dr Muhadjir Effendy, MAP, pun mengapresiasi kaum muda Muhammadiyah. (rhd)

Menurut Muhadjir, di kalangan anak muda terdapat ketimpangan struktural dan spasial, sehingga harus pula ada pemetaan ketimpangan di kalangan anak muda Muhammadiyah. “Jangan sampai, mayoritas anak muda Muhammadiyah masih mengalami ketimpangan. Bangsa ini juga memerlukan pemikiran-pemikiran intelektual, karena kita kan sekarang menghadapi persaingan global yang luar biasa keras. Maka amanah dipundak anak muda Muhammadiyah harus dijalankan dan berkembang,” jelas mantan Mendikbud RI di periode sebelumnya ini.

Sementara itu, Rektor UMM, Dr Fauzan, MPd berpendapat, Cendekiawan Muda Muhammadiyah harus punya resonansi dan tanggungjawab nasional. “Bukan hanya pandai berpikir dan menggagas, tapi harus pandai mengeksekusi ide-ide brilian itu. Kolokium ini hanya awal. Saya berharap cendekiawan muda mampu mengawal Muhammadiyah untuk terus berkebaruan,” ungkap pria yang menjabat Rektor UMM dua periode ini.

Dalam kesempatan itu, dilaunching dan diserahan secara simbolis buku “Dari Muhammadiyah Untuk Bangsa”. Buku versi jurnal Muhammadiyah Studies ini diserahkan oleh Wakil Rektor II UMM, Dr Nazarudin Malik, MSi kepada Prof Dr Haedar Nashir, MSi, bersama beberapa tamu undangan lainnya, disaksikan sekitar 200 orang peserta delegasi Kolokium Nasional dari berbagai daerah, termasuk Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Papua. (rhd)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *