Kado Hari Kemenangan, UM Kukuhkan Lima Guru Besar Sekaligus

Para guru besar yang dikukuhkan oleh Rektor UM. (ist) - Kado Hari Kemenangan, UM Kukuhkan Lima Guru Besar Sekaligus
Para guru besar yang dikukuhkan oleh Rektor UM. (ist)

Malang, SERU.co.id – Kado Hari Kemenangan, Universitas Negeri Malang mengukuhkan 5 (lima) guru besar sekaligus, di Gedung Graha Cakrawala, Kamis (12/5/2022). Pengukuhan sekaligus memperkuat eksistensi UM yang telah berstatus Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH).

Para guru besar tersebut, di antaranya Prof Dr Hari Wahyono MPd; Prof Dr Cipto Wardoyo SE, MPd, MSi, Ak, CA; Prof Dr Hardika MPd; Prof Dr Hayuni Retno Widarti MSi; dan Prof Dr Maysyaroh MPd. Kelima guru besar tersebut mendapat kesempatan bergiliran menyampaikan pidato ilmiah pengukuhan.

Bacaan Lainnya

“Kita berkarya harus membuat hidup lebih baik, berkontribusi langsung pada kehidupan masyarakat. Harapannya, multiple effect karya-karya ilmiah yang dihasilkan para guru besar UM ini juga memberikan manfaat besar bagi masyarakat secara luas,” seru Rektor UM, Prof Dr H AH Rofi’uddin, MP, dalam pidatonya.

Rektor UM, Prof Dr H AH Rofi'uddin, MP, dalam pidatonya. (rhd) - Kado Hari Kemenangan, UM Kukuhkan Lima Guru Besar Sekaligus
Rektor UM, Prof Dr H AH Rofi’uddin, MP, dalam pidatonya. (rhd)

Dalam pidatonya, Prof Dr Hari Wahyono MPd mengangkat judul ‘Pendidikan Ekonomi dan Kesejahteraan Dalam Bingkai Ekonomi Pancasila.’ Disebutkannya, pendidikan ekonomi memiliki urgensi untuk membentuk manusia sebagai warga masyarakat dan warga bangsa yang memiliki perilaku ekonomi berkualitas, sehingga mereka mampu mencapai kehidupan ekonomi yang baik.

“Karena itu berbagai aspek kehidupan yang menentukan kesejahteraan, aspek ekonomi menjadi kunci utama untuk membuka dan mengembangkan aspek-aspek lain dari kesejahteraan,” ungkap Guru Besar bidang Pendidikan Ekonomi FEB UM.

Prof Hari, sapaan akrabnya, memberikan beberapa rekomendasi. Di antaranya terkait pengembangan sinergi Prodi Pendidikan Ekonomi dengan prodi lain yang relevan mengembangkan program-program pendidikan ekonomi jalur informal dan non formal. Pengembangan program pembelajaran home economics untuk jenjang awal jalur pendidikan formal.

Selanjutnya, revitalisasi kurikulum pendidikan ekonomi di SMP dan SMA, dengan memasukkan topik-topik altruisme, moralitas ekonomi dan ekonomi Pancasila atau ekonomi kerakyatan. Dan pengembangan matakuliah Ekonomi Pancasila atau ekonomi kerakyatan untuk prodi pendidikan ekonomi.

Suasana Pengukuhan Lima Guru Besar UM. (rhd) - Kado Hari Kemenangan, UM Kukuhkan Lima Guru Besar Sekaligus
Suasana Pengukuhan Lima Guru Besar UM. (rhd)

Sementara itu, Prof Dr Cipto Wardoyo SE, MPd, MSi, Ak, CA, mengusung judul ‘Profesionalisme dan Profesionalisasi Pendidik di Perguruan Tinggi.’ Setidaknya ada empat fase profesionalisme dan profesionalisasi yang teridentifikasi. Yaitu pra profesional, profesional otonom, profesional kolegial, dan pasca-profesional yang memiliki karakteristik berbeda-beda.

“Profesionalisme dan profesionalisasi pendidik memiliki arti penting yang relevan dalam pendidikan. Karena mempengaruhi peran pendidik dan pedagoginya, yang kemudian mempengaruhi kemampuan peserta didik untuk belajar secara efektif,” beber Prof Cipto, sapaan akrabnya.

Lain halnya, Prof Dr Hardika MPd memaparkan, terkait model pembelajaran yang memberdayakan peserta belajar. Menurutnya, keberdayaan merupakan capaian belajar yang sangat penting dalam setiap proses interaksi pembelajaran. Sehingga warga belajar dapat mengelola dan memenuhi kebutuhan belajarnya dengan memanfaatkan seluruh potensi diri dan lingkungan.

“Keberadaan merupakan pilar utama dalam pembentukan kapasitas seseorang untuk bertindak. Dengan berdaya, seseorang akan mampu memberikan respon yang tepat terhadap berbagai peristiwa yang dihadapi,” tutur Prof Hardika, sapaan akrab Guru Besar bidang Ilmu Pendidikan Luar Biasa.

Dalam model pembelajaran ini, dosen, guru, tutor, instruktur, maupun pendamping memiliki peran sebagai fasilitator. Berfungsi sebagai motivator, membantu proses belajar, hingga solution helper.

“Dengan demikian, seorang pendidik tidak harus menguasai konten pembelajaran secara mendalam, namun mampu memberikan solusi dan ruang belajar yang cukup kepada peserta belajar,” ungkapnya.

Sementara itu, Prof Dr Hayuni Retno Widarti MSi mengakui, sampai saat ini Ilmu Kimia masih menjadi momok bagi peserta didik. Lantaran dipengaruhi oleh faktor internal, meliputi kemampuan pemahaman atau motivasi hingga faktor eksternal. Antara lain metode mengajar oleh guru maupun pengaruh teman sebaya dan situasi pembelajaran yang kurang kondusif.

“Peserta didik terkadang merasa kesulitan mempelajari ilmu kimia. Terlebih lagi kondisi pandemi covid-19 yang mengharuskan pembelajaran hanya dapat dilakukan secara daring,” terang guru besar yang mengusung ‘Desain Program Pembelajaran Berbasis Multiple Representation melalui Cognitive Dissonance untuk Mereduksi Miskonsepsi Kimia.

Miskonsepsi merupakan ketidaksesuaian antara konsep yang dipahami siswa dengan konsep yang sebenarnya. Secara garis besar disebabkan oleh siswa, guru, buku teks, konteks, hingga metode belajar. Untuk mengantisipasi miskonsepsi, dengan melakukan tanya jawab, berdiskusi dengan siswa sebelum memulai pembelajaran untuk mengetahui miskonsepsi apa yang dibawa siswa.

Terakhir, Prof Dr Maysyaroh MPd menyampaikan, Pelaksanaan Supervisi Pengajaran dalam Mengoptimalkan Pengembangan Profesional Guru. Sebab, kualitas pendidikan di Indonesia tercermin dalam kualitas peserta didik. Guru menjadi garis terdepan dalam meningkatkan kemampuan peserta didik.

“Kepala sekolah, pengawas, guru memiliki kemampuan lebih, perlu melakukan supervisi pengajaran. Agar memperoleh bantuan mengembangkan kemampuannya dalam melaksanakan pembelajaran,” terang Guru Besar bidang Manajemen Pendidikan FIP UM. (rhd)


Baca juga:

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *