Ditolak Sebagian Warga, Pengadaan Air Bersih Dusun Pancer Dihentikan

Pengurus HIPPAM Roworejo, Agus Prihandoyo alias Kingkong disamping alat pengeboran yang ditarik oleh BSI - Ditolak Sebagian Warga, Pengadaan Air Bersih Dusun Pancer Dihentikan
Pengurus HIPPAM Roworejo, Agus Prihandoyo alias Kingkong disamping alat pengeboran yang ditarik oleh BSI.

Banyuwangi, SERU.co.id – Warga Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran terancam tidak mendapat bantuan proyek air bersih dari PT Bumi Suksesindo (BSI). Padahal, proyek yang tinggal dilakukan pengeboran harus dihentikan, gara-gara ditolak oleh sebagian kecil warga setempat, yang berakibat seluruh peralatan pengeboran ditarik oleh BSI.

Rencana pengeboran air bersih ini, bukan inisiatif dari BSI. Namun atas keinginan warga Dusun Pancer RT 06 dan 07 dan lingkungan Roworejo yang ingin mendapatkan air bersih seperti dilingkungan lainnya.

Bacaan Lainnya

Melihat keinginan warga tersebut, Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum (HIPPAM) Roworejo langsung meresponnya, dan langsung mengurus seluruh proses perijinannya. Bahkan, untuk merealisasikannya, BSI mendatangkan kontraktor spesialis yang menangani pengeboran air bersih yang mampu mengebor hingga kedalaman 80meter keatas.

Wakil ketua HIPPAM Roworejo, Agus Prihandoyo mengatakan, setelah legalitas perijinan pengeboran air bersih itu selesai, BSI langsung mendatangkan kontraktor, untuk melakukan penelitian dengan mempergunakan geolistrik.

“Ada beberapa titik yang sudah dilakukan penelitian oleh kontaktor yang ditujuk oleh BSI dengan menggunakan geolistrik,” kata Agus Prihandoyo alias Kingkong, Rabu (12/10/2021).

Ternyata, tidak semua warga dusun Pancer senang program air bersih tersebut. Agar program pengeboran ini tidak bisa berlanjut, dimunculkan isu jika penelitian dengan mempergunakan geolistrik itu tidak hanya mencari titik air. Tapi juga untuk mencari kandungan emas yang ada di wilayah tersebut.

Selain itu, jika pengeboran mempergunakan alat tersebut, akan berdampak kepada sumur-sumur bor yang sudah ada.

“Sebelum pengeboran air bersih dilakukan, ada isu kalau biayanya sebesar Rp 6 miliar. Dan penelitian dengan mempergunakan geolistrik itu bukan hanya untuk mencari titik air. Tapi juga untuk meneliti kandungan emas yang ada didalam tanah yang ada di wilayah Roworejo dan sekitarnya,” paparnya.

“Tidak hanya itu, kalau mempergunakan alat pengeboran itu, sumur warga akan kekeringan, karena airnya akan habis,” imbuhnya.

Akibat isu tersebut, timbul penolakan pengeboran yang mempergunakan alat yang didatangkan dari Provinsi Jawa Tengah tersebut.

“Karena adanya penolakan, rencana pengeboran air itu langsung dihentikan,” ucapnya.

Kingkong menjelaskan, di area Pulau Merah ini sudah ada sumur bor, namun tidak semua bor itu menghasilkan air bersih yang baik. Bahkan ada beberapa sumur bor airnya tidak layak minum karena rasanya asin, dan keruh.

“Di Roworejo dan RT 06 dan 07 itu airnya tidak sebaik di lokasi Wisata Pulau merah. Disana (Roworejo,red) airnya keruh, bahkan kalau untuk mencuci pakaian timbul flek-flek kuning, dan kehitaman-hitaman,” jelasnya.

Untuk menghindari gesekan sesama warga dusun Pancer. BSI langsung menghentikan proses pengeboran, dan menarik seluruh peralatan pengeboran air bersih tersebut.

“Saat ini masih dilakukan mediasi, apakah pengeboran air itu dilanjutkan atau tidak. Tergantung warga saja. Saya milih diam saja, dilanjutkan silahkan, dihentikan ya nggak masalah,” kata Agus yang juga pengurus Kelompok Masyarakat (Pokmas) Suko Tirto itu.

Sementara, Acting Senior Manager External Affairs PT BSI, Yunizar Imamsyah, mengatakan sebagai perusahaan yang beroperasi di wilayah tersebut, PT BSI akan selalu mendukung segala kegiatan yang memberikan manfaat baik untuk masyarakat. Untuk itu, segala usulan dan masukan yang bisa memberikan manfaat dengan tujuan baik dan berguna bagi masyarakat luas, perusahaan selalu membantu.

“BSI hanya membantu permintaan dari masyarakat karena tujuan dari mereka sangat baik,” katanya.

Yunizar Imamsyah menambahkan, tujuan baik dan cita-cita mulia dari masyarakat sekitar Pulau Merah tersebut, harus dibantu dan segera direalisasikan. Untuk itu pihaknya, berharap agar keinginan masyarakat didukung oleh semua pihak.

“Perusahaan terus berupaya agar tidak terjadi pro dan kontra terkait sumur bor ini. Untuk itu, PT BSI meminta Forpimka dapat menyelesaikan masalah ini, agar cita-cita mulia masyarakat lingkungan Pulau Merah bisa segera terselesaikan,” tandasnya. (tut)


Baca juga:

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *