Dinkes Tulungagung Himbau Masyarakat Waspada Demam Berdarah Dengue

Kabid P2P Dinkes Kabupaten Tulungagung Didik Eka - Dinkes Tulungagung Himbau Masyarakat Waspada Demam Berdarah Dengue
Kabid P2P Dinkes Kabupaten Tulungagung Didik Eka.

Tulungagung, SERU.co.id – Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), merupakan suatu penyakit endemis ( tetap) di Tulungagung, bahkan tersebar hampir di seluruh Indonesia.

Penyakit DBD disebabkan oleh virus, dan penyebarannya melalui nyamuk Aedes Aegypti. Terdapat 4 virus Dengue yakni, DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, yang setiap tahun itu selalu ada di Kabupaten Tulungagung yang merata.

Bacaan Lainnya

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung Didik Eka mengatakan, DBD merupakan virus yang setiap tahun pasti ada.

“DBD tersebar hampir di 271 Desa di 19 kecamatan dan setiap tahun selalu ada. Tetapi, untuk masing-masing desa yang terkena DBD frekwensi bergantian,” ungkap Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung Didik Eka.

Menurut Didik, ada istilahnya desa sporadis, yang selama tiga tahun berturut-turut tidak ada DBD, ada juga daerah yang potensial sekali dalam 3 tahun, ada juga daerah yang selalu ada setiap tahunnya.

Dalam hal ini, Didik menghimbau kepada masyarakat Tulungagung agar selalu waspada dan menjaga kebersihan.

“DBD ini selalu mengintai kita semua, sehingga harus tetap waspada. Untuk Tahun 2022 ini, walaupun tidak setinggi Tahun 2019, tetapi, tahun ini ada kasusnya,” tutur Didik Eka.

Data yang sudah diterima Dinkes Tulungagung, di Januari ada 57 kasus 1 kematian, Februari 59 kasus 1 kematian, Maret 33 kasus, April 44 kasus, dan sampai pertengahan April ini ada 15 kasus.

Untuk prediksi naik atau turunnya kasus DBD, Didik Eka memaparkan, biasanya mendekati kemarau akan turun dan naik lagi saat musim hujan tiba.

“Jika sudah mendekati kemarau, biasanya dari tahun ke tahun selalu turun. Nanti, di bulan Juni-Agustus pasti sudah turun, bahkan bisa nol kasus. Akan tetapi, untuk September ada hujan dikit-dikit mulai naik lagi, bahkan, terus naik di bulan Oktober-Desember,” terang Didik Eka.

Guna mencegah penyebaran dan jatuhnya banyak korban, Dinkes Tulungagung selalu antisipasi dan mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan.

“Antisipasi dari Dinkes, setiap tahun selalu menyiapkan fasilitas jesehatan (Faskes) untuk menerima pasien-pasien tersebut. Tentunya, dengan logistik obat dan sosialisasi ke masyarakat guna pencegahan,” tambah Didik Eka.

Selain itu, menurut Didik, Karena DBD itu bukan dicegah dengan foging, tetapi dengan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) seminggu sekali di lingkungannya masing-masing.

“Semua wadah, baik itu tempat di kamar mandi, WC, tampungan tempat lainnya, di pelepah pisang, pelepah kelapa, potongan bambu belakang rumah jangan sampai ada airnya,” jelasnya.

Menurutnya, daerah yang rawan penyebaran wabah penyakit DBD yakni, lingkungan yang padat penduduk.

“DBD sangat erat kaitannya dengan padat penduduk, biasanya, sebaran yang banyak terjadi di wilayah Boyolangu, Tulungagung kota, Kedungwaru, dan Bandung,” pungkasnya. (Ags/ono)


Baca juga:

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *