Akademisi UB Duga Wabah PMK Datang dari Luar Negeri

Dekan Fakuktas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya, Dyah Ayu Oktavianie. (ist) - Akademisi UB Duga Wabah PMK Datang dari Luar Negeri
Dekan Fakuktas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya, Dyah Ayu Oktavianie. (ist)

Malang, SERU.co.id – Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang merebak di wilayah Jawa Timur kini menjadi perbincangan publik. Hal tersebut juga menjadi sorotan para akademisi, salah satunya dosen Universitas Brawijaya (UB), yang menduga, wabah tersebut berasal dari luar negeri.

Dekan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UB, drh Dyah Ayu Oktavianie mengatakan, jika Indonesia sendiri sebetulnya sudah terbebas dari wabah PMK sejak tahun 1990-an. Dyah mengungkapkan, kemungkinan besarnya wabah tersebut berasal dari lalu lintas hewan ternak atau bahan pangan asal hewan yang datang dari luar Indonesia.

Bacaan Lainnya

“Maka dari itu, saat ini pemerintah memberlakukan pembatasan wilayah khususnya lalu lintas hewan ternak pada daerah wabah. Agar tidak semakin meluas wabah PMK yang terjadi sejak akhir April lalu,” seru Dyah, pada Kamis (12/5/2022).

Menurutnya, sapi yang saat ini sudah terindikasi terkena PMK, sebagai langkah penyembuhan dapat diberikan vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Dapat juga dengan dilakukan terapi symptomatis, dan antibiotik untuk mengatasi infeksi sekunder.

“Virus tersebut menyerang hewan ternak yang mempunyai daya tahan tubuh rendah, dan pada sapi-sapi muda bisa berakibat kematian. Sehingga angka mortalitas pada sapi muda atau pedet cukup tinggi,” ungkapnya.

Meski demikian, ia menghimbau agar masyarakat tidak perlu khawatir terhadap adanya wabah tersebut. Sebab menurutnya, penyakit pada hewan tersebut tidak akan menular kepada manusia, meski mengkonsumsinya.

“Masyarakat tidak perlu khawatir karena PMK bukan penyakit zoonosis dan sampai saat ini belum ada kasus penularan ke manusia di Indonesia,” kata Dyah.

Dalam mengkonsumsinya disebutkan oleh Dyah, untuk daging perlu dilakukan pengalengan atau dipanaskan dengan suhu minimal 70 derajat celcius. Sedangkan untuk susu UHT (Ultra High Temperature), panaskan dengan menggunakan suhu 132 derajat celcius, sedangkan susu HTST (High Temperature Short Time) dengan minimal 72 derajat celcius.

“Ini yang harus dipahami masyarakat bahwa tidak perlu takut mengkonsumsi daging dan susu. Tapi harus diperhatikan pengolahan daging dan susu dengan benar sehingga virus menjadi in-aktif,” terang Dekan FKH tersebut.

Dalam upaya penanganan dan pencegahan meluasnya wabah tersebut, FKH UB siap berkontribusi. Tentunya dengan menjalin kerjasama dengan dinas terkait dalam kegiatan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan ternak.

“Kami siap membantu pemerintah dalam penanganan wabah PMK ini dengan menerjunkan tenaga medis veteriner yang ada di Fakultas. Edukasi juga akan kami lakukan dalam bentuk Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), yang bertujuan untuk memberikan informasi terkait penanganan hewan ternak yang terkena PMK,” imbuhnya.

Terakhir, Dyah menghimbau kepada para peternak maupun jagal hewan, agar tidak ada kepanikan. Sehingga berujung pada pengambilan keputusan yang salah, dengan menjual di bawah harga pasar. (ws5/mzm)


Baca juga:

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *