Malang, SERU.co.id – Meski belum ditemukan di Jawa Timur, termasuk Kota Malang, namun masyarakat perlu waspada terhadap penyakit gagal ginjal akut misterius. Setidaknya ada tiga penyebab dari gagal ginjal akut. Yakni faktor keturunan, pola konsumi makanan dan minuman yang tidak sehat, serta pola aktivitas anak.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Malang, dr Husnul Muarif menanggapi laporan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang menyebutkan setidaknya ada sekitar 150 temuan gangguan ginjal akut misterius pada anak sejak September lalu.
“Dari tiga hal itu, sangat mempengaruhi terhadap fungsi ginjal itu. Makanya riwayat dari keturunannya itu ditelusuri, kemudian perilaku anak terutama dalam mengonsumsi untuk makan minumnya. Selanjutnya kebiasaan atau aktivitasnya anak itu apa dalam kesehariannya,” seru Husnul, Senin (17/10/2022).
Husnul menandaskan, secara pengertian, gagal ginjal akut misterius bukan dikarenakan karena penyebab yang belum diketahui. Tetapi proses deteksi dini yang sulit disampaikan oleh anak-anak.
“Anak-anak itu kan sulit untuk ngomong ke orang tuanya. Sehingga perhatian dari keluarga itu seharusnya menjadi nomer satu bagi mereka,” kata dr Husnul.
Saat ini, pihak Dinkes Kota Malang terus melakukan penelusuran terhadap adanya penyakit tersebut. Di setiap sekolah-sekolah dasar di Kota Malang, telah digerakkan sejumlah tim skrinning untuk pemeriksaan dasar.
“Sebenarnya itu sudah kegiatan rutin kita, sehingga nanti ketika di skrining itu apabila ada gejala-gejala. Bukan hanya satu penyakit tapi ada penyakit lain akan diberikan rekomendasi untuk tindaklanjutnya,” terangnya.
Sebagai bentuk antisipasi terhadap munculnya penyakit tersebut, Dinkes Kota Malang telah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak rumah sakit.
“Secara klinis timnya akan memberitahu informasi kepada kita. Nanti apa yang perlu dilakukan oleh salah satu anak tersebut. Kemudian kita lihat bagaimana untuk keluarga, dan lingkungannya. Itu yang nanti akan kita tindak lanjuti di Dinas Kesehatan, baik di layanan maupun di promosi kesehatan,” pungkasnya.
Terpisah, Kadinkes Jawa Timur, Dr. Erwin Astha Triyono menyebutkan, secara keseluruhan penyakit tersebut belum terdeteksi di Jawa Timur. Pihaknya juga menyerahkan beberapa data dan telah diserahkan kepada pusat untuk dilakukan investigasi.
“Datanya kita kirim ke pusat, belum ada informasi apapun dari sana. Nanti kita akan sampaikan hasil investigasinya seperti apa. Di Jawa Timur belum ditemui secara persis,” kata Erwin.
Menurutnya, proses investigasi tersebut harus dilakukan secara terpusat. Hal itu bertujuan untuk menghindari pendapat dan informasi yang simpang siur.
“Kan investigasi di pusat itu melibatkan yang punya kompetensi di bidangnya. Terutama dari unsur DAInya,” tandasnya. (bim/ono)