Bahas Moderasi Beragama, Gus Yaqut: Esensi Martabat Kemanusiaan

Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas berbicara soal moderasi agama. (ist) - Bahas Moderasi Beragama, Gus Yaqut: Esensi Martabat Kemanusiaan
Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas berbicara soal moderasi agama. (ist)

Malang, SERU.co.id – Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas berbicara banyak dalam Simposium dan Webinar Kementerian Agama Republik Indonesia dan Unisma. Bertemakan ‘Penguatan Pemahaman Moderasi Beragama Untuk Ustadz Pendidikan Pesantren’.

Menurutnya, nilai-nilai moderasi agama mampu memberikan inspirasi bagi pelaksanaan stadium kali ini dan dimanapun. Tidak terbatas pada peserta yang hadir secara luring. Bahwa moderasi beragama adalah cara pandang sikap dan praktik beragama dalam kehidupan bersama.

Bacaan Lainnya

“Cara mengejawantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan. Kemudian membangun kemaslahatan umum berlandaskan prinsip yang adil dan mentaati konstitusi sesuai kesepakatan berbangsa,” seru Yaqut Cholil Qoumas, Kamis (30/9/2021).

Menurutnya, sebagai komitmen bersama, tanggal 22 September 2021 Kemenag, Mendikbud Ristek serta Komisi VIII DPRS RI melaunching moderasi beragama. Di dalamnya ada sembilan nilai-nilai, di antaranya tawassuth, tawazun, i’tidal, tasamuh, islah, dan qudwah.

Gus Yaqut, sapaan akrabnya mengaku, bukan agamanya yang dimoderasi, tetapi cara praktik beragama yang dimoderatkan. Menyitir pesan mantan Presiden RI KH Abdurrahman Wahid, dalam satu kesempatan mengatakan, acuan Pancasila itu berfungsi mengatur hidup sebagai kolektifitas disebut bangsa.

Kemudian, Gus Yaqut melanjutkan, sedangkan agama memberikan kepada manusia kolektifitas tersebut menjadi sebuah tujuan kemasyarakatan atau sosial fokus. Hal tersebut yang dilakukan oleh Kemenag dan pemerintah pusat.

“Seiring oleh Presiden Joko Widodo untuk mempertemukan Pancasila dan agama. Kemudian yang disebut sebagai moderasi beragama,” jelas pria yang pernah menjabat Wakil Bupati Rembang periode 2005–2010 dan Anggota DPRD Kabupaten Rembang periode 2004–2005 ini.

Pihaknya menutup dengan perkataan Gus Dur. Tantangan terbesar dunia muslim saat ini adalah membawa wawasan umat yang terbatas tentang hukum Islam. Supaya selaras dengan semangat ilahaiyah untuk mencerminkan belas kasih dan kasih sayang Tuhan.

“Membawa berkah perdamaian, keadilan dan toleransi ke dunia kita yang sedang menderita ini,” pungkas putera KH Muhammad Cholil Bisri ini. (jaz/rhd)


Baca juga:

disclaimer

Pos terkait