Dorong UMKM Kekinian, Made: Mindset Bisnis Anak Muda Diterima Pasar

Ketua DPRD Kota Malang, I Made Riandiana Kartika, dalam sebuah acara diskusi. (ws1) - Dorong UMKM Kekinian, Made: Mindset Bisnis Anak Muda Diterima Pasar
Ketua DPRD Kota Malang, I Made Riandiana Kartika, dalam sebuah acara diskusi. (ws1)

Malang, SERU.co.id – Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di musim pandemi banyak dilirik berbagai kalangan. Padahal tidak sedikit yang gulung tikar, namun disisi lain banyak yang mampu survive. Bahkan mampu berkembang pesat melalui marketplace digital.

Ketua DPRD Kota Malang, I Made Riandiana Kartika mengatakan, banyak UMKM yang dikelola oleh kalangan pemuda diluar dugaan menjadi kompetitor pelaku usaha lama. Meski mindset kebanyakan pengusaha pemula, melihat bagaimana modal yang harus disiapkan. Padahal tidak seperti itu.

Bacaan Lainnya

“UMKM itu sebenarnya bukan di permodalan, tapi mindset berfikir mereka bahwa tidak semua usaha itu sebenarnya ujug-ujug modal,” seru Made, sapaan akrabnya.

Dalam diskusi ‘Melihat Kebijakan Publik di Kota Malang Untuk Pengembangan UMKM’, Made menjelaskan, ada dua macam produk yang diciptakan, yakni produk terlihat (fisik, red) dan produk digital.

“Justru sekarang ini yang banyak adalah produk yang barangnya tidak ada, alias digital. Tapi kok bisa jualan,” papar Made.

Politisi PDI-P ini mencontohkan anaknya, walaupun kuliah di Universitas Brawijaya (UB), ia bisa berjualan kosmetik dengan hanya meminta modal Rp500 ribu. Sampai sekarang jalan terus, hingga beromset Rp4 juta. Cara berjualannya pun setengah santai. Duduk manis di rumah, ada pesanan tinggal mengirimkan via kurir atau pos.

“Nah itulah UMKM yang sekarang. Kalau UMKM model konvensional tidak bisa mengikuti perkembangan zaman, ya sudah akan digilas oleh zaman itu sendiri,” papar Ketua DPC PDI-P Kota Malang ini.

Pihaknya juga mencontohkan, di masa pandemi Pemkot Malang menganggarkan untuk Diskopindag sebesar Rp1,5 miliar sebagai pengembangan UMKM di Kota Malang. Secara rinci disebutkannya, Rp500 juta untuk pengurusan izin-izin. Kemudian beberapa kegiatan pameran yang ternyata menyerap anggaran banyak, namun hasilnya tidak signifikan.

“Lebih baik sekarang diserahkan pada ahlinya yaitu anak muda. Mindsetnya lebih luas, bisnisnya disukai pasar. Tidak bisa terlalu diintervensi secara berlebihan, tapi tetap dalam pemantauan dari sisi inflasi dan sisi menyiapkan kebijakan,” terangnya.

Made menjelaskan, soal pasar yang lebih tahu masyarakat umum, tidak bisa pemerintah memaksakan yang tidak disenangi oleh pasar. Barang sepele yang diluar prediksi, justru bisa disenangi oleh pasar sekarang.

“Sebenarnya peluang itu kita ciptakan, otomatis modal dan lain-lain bisa mengikuti,” pungkasnya. (ws1/rhd)

disclaimer

Pos terkait