Malang, SERU.co.id – Pengamen jalanan banyak bertebaran di Kota Malang. Salah satunya, Novita Raba Isa, memiliki suara merdu sekelas penyanyi dangdut Lilin Herlina. Meski hanya menggunakan sound system karaoke berjalan.
Pengamen cantik jalanan asal Muharto, Kedungkandang ini, rela melakukannya demi anak-anaknya asalkan halal.
“Demi anak, yang penting halal mas,” seru Novita Raba Isa, saat melintasi seputaran kawasan Balaikota Malang.
Alasan dirinya memilih mengamen di jalanan, karena berat hati jika harus meninggalkan anak bungsunya yang masih balita. Dibandingkan kerja di pertokoan atau ikut orang setiap hari.
“Kalau ikut orang itu berangkat jam 08.00 sampai malam, kalau di Gajahmada itu ontime. Kalau ikut orang ya gitu, berangkat pagi pulang malam. Kalau mengamen ini sewaktu-waktu bisa diatur sendiri waktunya,” serunya.
Dikisahkan wanita kelahiran 1987 ini, sudah mengamen sekitar 10 tahunan. Novita mengaku bisa menyanyi, karena terbiasa mendengarkan bapak dan ibunya sering memutar musik tembang kenangan. Bahkan musik lintas genre, mulai dari campursari, dangdut, dan lainnya.
“Lupa mas pastinya, yang jelas kalau suka menyanyi itu dari SD,” ungkapnya, sembari berharap ketiga anaknya bisa lebih sukses, tidak seperti kedua orang tuanya.
Wanita kelahiran Malang ini mengungkapkan, tidak bisa mengandalkan undangan dari panggung ke panggung, karena tak setiap hari ada. Apalagi saat musim pandemi, pendapatannya menurun drastis lantaran tidak ada tanggapan undangan hajatan.
“Hanya ngamen gini. Kalau dulu masih ada (tanggapan) satu, dua. Sekarang tidak sama sekali. Kalau undangan hajatan manten, sunat, ulang tahun, dari panggung ke panggung itu tidak cukup,” bebernya.
Pengamen cantik tersebut terbiasa keliling sekitar kawasan Stasiun Kotabaru, Jalan Bromo, Jalan Kawi, Jalan Bandung, dan warung-warung kaki lima. Pendapatannya tak lebih dari nominal lima digit per hari.
“Kalau dapat Rp50 – 60 ribu sudah cukup terus pulang. Kalau buat tanggungan, disisihkan ditabung untuk sekolah (anak) besok,” terangnya.
Kadang Novita membawa anak terakhirnya yang masih kecil. Karena harus gantian dengan suaminya, yang bekerja sebagai pemulung dan membersihkan makam di Polehan.
“Kadang gantian. Kalau saya kerja pagi, dia sore. Kadang saya sore, dia pagi,” tandasnya. (ws1/rhd)