Malang, SERU.co.id – Dalam mengkritik kebijakan dan kinerja jajaran Pemerintah Kota Malang, warganet atau netizen Kota Malang memiliki tagar atau hashtag sendiri. Salah satunya #Ajorji, yang digunakan untuk mengkritisi sekaligus mengevaluasi kebijakan di bawah kepemimpinan Walikota Malang Sutiaji.
“Kalau bagi saya mas, sekaligus prinsip hidup saya. Tuhan kan sudah menguasakan. Jadi saya kira itu suara Tuhan melalui orang itu,” seru Sutiaji, ditemui di depan Ruang Kerja Balaikota Malang, Senin (15/2/2021).
Sutiaji pun menyadari, hal itu sebagai resiko sebagai seorang pejabat publik sekaligus menjadi pelayan masyarakat. Hingga menjadikan status di media sosial IG @sam.sutiaji:
sam.sutiaji [Bismillah]
Sebagai pejabat publik, tugasnya adalah menjadi pelayan masyarakat.
Setiap aspirasi, keluhan, masukan, dan gagasan dari warga adalah bahan bagi pemerintah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas layanan pada masyarakat.
Ada aspirasi yang tepat, ada juga yang salah sasaran, tentu lumrah terjadi, karena masyarakat tentu beragam unsur dan tingkat pemahaman.
Selama disampaikan dengan baik, menggunakan jalur dan prosedur yang benar, menjunjung tinggi etika dan kesopanan, tentu akan berbuah respon dan penanganan yang sama sama memuaskan.
Tujuannya sama, memastikan kota dan warga masyarakat bahagia dan sejahtera.
Wali Kota Malang mengungkapkan warganya memang sangat kritis. Perlu dukungan dari pemerintah sendiri sebagai pemangku kebijakan. Namun dirinya tidak pernah merasa warga yang mengkritisi sebagai musuh.
“Justru mereka mendukung kita semua,” beber pria kelahiran Lamongan ini.
Menurutnya, ada yang perlu digaris bawahi ketika memang baik ataupun ada yang kurang baik, penilaiannya harus objektif dan fair. Jika ada kekurangan wajar dikritisi untuk disupport. Namun jika berprestasi sudah sepatutnya diapresiasi.
“Kita harus lihat dulu kronologisnya gimana. Kadang-kadang ya mohon maaf, dulu kan banyak foto jalan rusak. Tapi itu hanya jalan lubang dititik yang lain dicroping, digabungkan,” ujarnya.
Agar berimbang dan sesuai fakta, harus ada identifikasi dan mengecek apakah informasi yang disampaikan memang benar atau hoaks.
“Ya harus seperti itu, mohon jangan sampai terjadi (hoaks),” pungkas pria penyuka makanan pedas ini. (ws1/rhd)