Malang, SERU.co.id – Menguak suara dentuman misterius, BPBD Kota Malang merujuk Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat menyebut, dentuman misterius itu adalah Thunderstorm, atau badai petir.
“Sudah dikonfirmasi langsung dari pihak BMKG melalui Bapak @DaryonoBMKG yang menyebutkan bahwa suara dentuman yang sampai hingga saat ini, merupakan fenomena thunderstorm atau badai petir. Jadi untuk itu dimohon tetap tenang dan tidak panik ya sobat!,” tulis akun twitter @bpbd.malangkota.

Sementara itu, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Pusat, Dr Daryono, SSi, MSi mengklarifikasi, suara tersebut bukan gempa dari Gunung Raung atau Semeru.
“Akhirnya dengan tegas (saya) sampaikan bahwa dentuman di Malang adalah Thunderstorm (badai petir, red),” seru Daryono, dalam akun twitternya @DaryonoBMKG.
Mengutip dari Kamus Oxford online bahwa Thunderstorm (noun) adalah hujan angin ribut disertai petir dan guruh.
“Yang pasti kita melacak petir yang ada di Malang dan sekitarnya dan kita mendapat data-data yang cukup valid dentuman bergelombang itu berasal dari akibat petir,” imbuh Daryono Kabid Mitigasi dan Bencana BMKG Pusat, Kamis (4/2/2021).
Disebutkannya, catatan saat terjadi dentuman pada Rabu (3/2/2021) dini hari, sama sekali bukan dari aktivitas gempa bumi.
“Pukul 03.00 pagi, itu kondisi clear artinya tidak ada gempa sama sekali, jadi apapun kemungkinan dentuman itu tidak berasosiasi gempa bumi. Namun menariknya kita mendapatkan data cuaca yang mengarah aktivitas petir yang banyak sekali terjadi,” paparnya.
Tidak hanya di Malang, kondisi yang sama terjadi di sekitar Bhumi Arema.
“Di Lumajang, Batu, menjelang tengah malam itu terjadi hujan. Statistik petir itu terjadi menjelang malam itu. Kemudian pukul 00.00 sampai 02.00 di Blitar kemudian hampir jam dua itu di Lawang juga ada petir. Berlanjut juga di Bangil dan Mojokerto,” ungkap Daryono.
Banyak penyebab dentuman tersebut, seperti dari meteorid, karena dengan kecepatan supersonik. Ada juga aktivitas gunung berapi mampu mengeluarkan suara menggelegar.
“Kemudian gempa yang dangkal. Selanjutnya petir dalam kondisi tertentu atau cuaca tertentu terdengar seperti dentuman,” bebernya. (ws1/rhd)