Malang, SERU.co.id – Penerapan e-parkir di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr.
Saiful Anwar (RSSA) sempat menjadi debatable serta keluhan pasien dan keluarganya. Pasalnya, tarif yang dikenakan dianggap cukup mahal dan memberatkan.
Tarif e-parkir, dihitung perjam. Satu jam pertama Rp5.000, satu jam berikutnya Rp1.000 hingga maksimal Rp15.000. Sementara menginap dikenakan Rp25.000. Padahal pasien rawat jalan dan menginap RSSA tak hanya dari Malang Raya, namun juga dari luar kota hingga luar jawa.
“Untuk sekelas rumah sakit, tarif Rp25 ribu per hari ini sudah tergolong mahal mas. RS kan tempatnya orang susah mas. Dengan biaya parkir mahal itu sangat membebani. Biaya parkir hotel atau mall aja ga segitu,” ungkap Miftahur Rosyidin Zuhri, pengantar pasien dari Tulungagung.
Menurutnya, latar belakang pasien memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Sebab kondisi sakit itu sudah menjadi beban tersendiri bagi pasien dan keluarga. Sudah selayaknya tidak lagi ditambahi beban mendasar yang seharusnya menjadi fasilitas pelayanan RS.
“Paling tidak Rp10 ribu atau Rp15 ribu sekali menginap. Nilai segitu juga bisa jadi masih memberatkan bagi yang tidak punya. Terutama dari luar kota yang keluarganya tidur di dalam mobil,” imbuh Mifta, yang akhirnya memilih alternatif parkir di luar RS.
Terkait hal ini, pihak RSSA mengungkapkan, penerapan e-parkir sebagai bentuk transparansi sekaligus informasi dalam pengelolaan manajemen yang lebih baik.
“Biar manajemen lebih baik, laporannya lebih jelas. Kelihatan hari ini berapa mobil yang masuk, pendapatannya berapa. Lebih teratur, kalau sudah penuh tidak bisa masuk lagi. Kalau kemarin kan pokok masuk, sehingga banyak yang komplain,” tanggap Kepala Bagian Humas RSSA Dony Iryan Vebri Prasetyo, mendampingi Direktur RSSA Malang Dr dr Kohar Hari Santoso Sp An KIC KAP.
Terkait tarif untuk pasien, ada kelonggaran. Dengan syarat, pasien atau penunggu pasien bisa menunjukkan kartu penunggu pasien. Atau menunjukkan kwitansi pembayaran rawat inap.
“Ini sebagai antisipasi, karena ada yang sengaja parkir disini, kemudian ditinggal. Kalau lima hari dikalikan Rp25 ribu ya sudah banyak, tapi kalau bisa menunjukkan itu pasien atau penunggu pasien turun jadi Rp15 ribu,” ungkap Dony, sapaan akrabnya.
Dalam pelayanan parkir ini, RSSA bekerjasama dengan sebuah penyedia pengembang e-parkir. Sistemnya dihandle pihak pengembang PT Bromo Solusi Maksindo. Terkait petugas parkir, masih menggunakan petugas parkir yang lama.
“Per 1 Januari kemarin diganti. Semua sewa ke kita, manajemennya mereka. Masuk ke kami hanya uang sewa saja. Sebelumnya kita harus tahu, pemasukannya berapa, setor ke kita berapa,” beber bapak dua anak ini. (ws1/rhd)