Pengembangan Wisata Bahari di Kabupaten Jember
Jember, SERU.co.id – Pesisir selatan Kabupaten Jember penuh dengan potensi wisata bahari. Pantai laut selatan yang paling terkenal adalah Pantai Watu Ulo dan Pantai Tanjung Papuma. Kedua pantai ‘bertetangga’ tersebut selama ini menjadi lokasi wisata jujugan bagi siapa saja yang ingin menikmati indahnya pemandangan laut dengan debur ombak Samudera Indonesia yang tidak pernah berhenti saling bersusulan.
Seperti saat akhir pekan lalu, Sabtu (16/1/2021) saat Memo X berkunjung ke Watu Ulo dan Tanjung Papuma. Masa pandemi Covid-19 tidak banyak warga yang berkunjung namun tetap saja warga yang berkunjung. Tidak banyak wisatawan yang mengunjungi pantai Watu Ulo.
Namun agak sedikit berbeda dengan Pantai Tanjung Papuma yang dipisahkan sebuah tebing perbukitan. Pantai berpasir putih tersebut agak ramai dengan wisatawan.
Salah satu rombongan wisatawan adalah empat gadis berbaju putih yang sedang bermain ayunan di pasir putih Pantai Malikan.
Keempatnya adalah Bella, Cintya, Tia, dan Hany, mahasiswi Fakultas Hukum dari Universitas Jember yang sedang menikmati suasana pantai yang saat itu sedang teduh karena mendung menggantung menyembunyikan sinar matahari.
Lokasi Tanjung Papuma berjarak sekitar 40 kilometer dari pusat kota Kabupaten Jember. Tempat wisata ini kerap dijadikan ikon promosi wisata oleh Pemkab Jember namun di kelola oleh Perum Perhutani.
Bagi kebanyakan wisatawan yang pernah berkunjung ke Jember, Papuma adalah primadona destinasi. Bella, termasuk yang kagum dengan keindahan gradasi warna bentang alam kawasan pantai Papuma.
“Pantai-pantai di Jember eksotis semua, tapi Papuma ini yang menurut saya paling bagus,”ujar gadis asal Kabupaten Lumajang itu.
Di sisi lain Bella mengeluhkan tingginya harga tiket masuk. Cintya juga bersuara demikian, dengan merasa saat masuk Papuma sangat memberatkan dengan harga tiket per orang senilai Rp25 ribu.
Nominal tiket yang mahalnya dianggap tidak ketulungan, karena jauh lebih besar dibandingkan tarif ke pantai pada umumnya di Indonesia.
“Ya, tiketnya kemahalan,” sahut Cintya yang mengaku pernah berwisata ke berbagai tempat termasuk di Bali yang memberlakukan free access alias gratis, namun hanya membayar untuk parkir kendaraan.
Sedangkan, Tia berpendapat agar biaya mahal masuk Papuma diimbangi dengan infrastruktur memadai dan wahana hiburan tambahan yang bisa dipakai oleh wisatawan.
“Sebenarnya bayar mahal enggak apa-apa kalau jalan kesini bagus enggak menyusahkan karena banyak lubang-lubang. Didalam sini juga diberi permainan-permainan apa gitu supaya lebih asyik,” tutur mahasiswi asal Kota Surabaya itu.
Di Balairung kebetulan ada pertemuan informal yang membicarakan rencana integrasi wisata Jember. Forum itu melibatkan Administratur Perum Perhutani KPH Jember, Rukman Supriatna dengan anggota Komisi D DPRD Provinsi Jawa Timur, Muhamad Satib, dan Ketua DPRD Jember Itqon Syauqi.
Selain itu juga tampak Wakil Ketua DPRD Dedi Setiawan, Ketua Komisi C David Handoko Seto, dan sejumlah anggota dewan seperti Agusta Jaka Purwana, Dewi Asmawati, Mangku Budi Heri Wibowo, Abdul Aziz, Kristian Andi Kurniawan, dan Agus Supaad.
Rukman mengatakan, pihaknya mengusulkan penyatuan tiket masuk Papuma, dengan kawasan wisata milik Pemkab Jember yaitu Pantai Watu Ulo, dan Pantai Payangan. Sebab, ketiganya berada dalam posisi satu deret berdampingan.
“Agar terintegrasi, mudah-mudahan bisa terlaksana. Selama ini kan masih sepihak-sepihak kurang sinkron. Itulah yang sering dikeluhkan masyarakat seperti merasa bayar dua kali tiket,” ungkapnya.
Satib menimpali, akan berusaha mendorong Pemprov Jatim dan pemerintah pusat untuk mempercepat penuntasan jalur lintas selatan (JLS). Infrastruktur jalan tersebut diharapkan kedepan lebih memudahkan akses mobilitas kegiatan ekonomi serta tujuan ke tempat-tempat wisata.
“JLS bisa menjadi pengungkit perekonomian Jawa bagian selatan. Pemprov juga bisa mensupport dengan fasilitas terminal di Ambulu, nanti bisa disediakan armada dari situ ke Payangan, Watu Ulo dan Papuma. Saya bangga dengan pertemuan informal ini,” bebernya. (vin/red)