Malang, SERU.co.id – Temuan rel trem dalam proses pembangunan koridor Kayutangan Heritage, menguak sejarah akses sepanjang jalan Basuki Rachmad Kota Malang. Diperkirakan rel trem atau rel kereta lori tersebut dibuka pada tahun 1903 dan diprediksi ditutup tahun 1959.
Sejarawan Malang Raya Heritage, Tjahjana Indra Kusuma, memperkirakan panjang rel trem sekitar 6 kilometer membentang dari Blimbing hingga Jagalan.
“Rel ini dibuka tahun 1903 dan diprediksi ditutup tahun 1959. Peninggalan dari Naamloze Vennootschap (NV) Malang Stoomtram Maatschappij (MSM),” ungkap Indra, di lokasi penemuan, Rabu (11/11/2020).
Pada jaman itu, lanjut Indra, trem sebagai moda transportasi distribusi hasil 4 pabrik gula di Malang, yakni Kendalpayak, Panggungrejo, Krebet dan Kebonagung. Selanjutnya berkembang menjadi trem angkutan barang dan orang.
Disebutkannya, sebagian rel berubah dimensi lantaran dimakan usia, perubahan beban dan kondisi kelembaban tanah. Namun sebagian lagi masih sesuai ukuran standar rel kereta api, yaitu 1.067 mm.
“Kondisinya masih cukup bagus sekitar 70 persen, meski berkarat. Namun bantalan rel dari kayu, sebagian besar sudah lapuk dan rusak, karena sudah berusia lebih dari 100 tahun,” tutur Indra,
Sementara, Sekretaris Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang, Agung H Buana, menyampaikan, rel serupa kemungkinan juga ada di depan PLN. Mengingat sejarah trem sepanjang Tumpang, Blimbing hingga Jagalan. Hingga sebagian masih digunakan oleh Depo Pertamina jalan Halmahera, Kota Malang.
“Sesuai aturan KAI, rel yang berada di dalam tanah masih merupakan aset PT KAI. Kita dilarang memindahkan bahkan mengambil aset itu. Mereka meminta artefak itu agar tetap disitu,” ucap Agung, mendampingi Ketua TACB Kota Malang, Budi Fathony.
Temuan ini sedikit membuka tabir sejarah trem saat penjajahan Belanda, Jepang hingga jaman kemerdekaan. Meski pada perkembangannya, sebagian besar rel trem saat ini telah hilang tak diketahui entah ke mana. Seperti rel di sekitar Alun-alun Kota Malang, tak ditemukan saat renovasi Alun-alun tahun 2013-3014.
“Kemungkinan yang tersisa hanya rel di jalur Kayutangan ini,” imbuh Kasi Promosi Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang ini.
Menurutnya, temuan ini sekaligus menegaskan bahwa perkembangan Kota Malang saat itu lebih maju dibandingkan wilayah di sekitarnya. Sekaligus menjadi jejak sejarah keberadaan akses kereta api di pusat perekonomian Malang pada jaman itu.
Tak ayal, membangun Kayutangan Heritage dinilai sebagai upaya mengembalikan kejayaan Kayutangan di masa kini. Meski diakui sebagian bangunan di antaranya sudah berubah bentuk dan fungsi, karena kebutuhan pemilik. (rhd)