Jakarta, SERU.co.id – Beberapa hari ini, happy hypoxia sering diperbincangkan di masyarakat. Apa itu happy hypoxia?
Silent hypoxemia atau masyarakat lebih sering menyebutnya dengan happy hypoxia, merupakan penurunan tekanan oksigen dalam darah, tetapi pasien tidak merasakan keluhan.
Secara lebih rinci, Ketua Umum Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto menjelaskan tentang happy hypoxia ini. Pertama, ia menjelaskan tentang pneumonia. Pneumonia merupakan suatu infeksi di jaringan paru yang menyebabkan gangguan pada sirkulasi oksigen yang masuk ke dalam darah.
“Akibatnya, itulah yang disebut sebagai kandungan oksigen dalam darah rendah atau disebut hipoksemia,” terang Agus, dilansir dari Kompas.
Pada pasien Covid-19, happy hypoxia memiliki gejala yang bervariasi. Pasien dengan kategori ringan, memiliki gejala batuk dan pilek. Pasien dengan gejala sedang, biasanya memiliki pneumonia atau radang paru. Sedangkan pasien berat, memiliki gejala pneumonia dan hypoxemia.
Pada pasien covid-19 yang kritis, gejalanya adalah oksigenasi yang terganggu berat hingga kesulitan bernapas.
“Jadi kalau sudah terjadi pneumonia, atau terjadi pneumonia dan hipoxemia sampai gagal napas, itu umum ya di dalam darahnya terjadi yang namanya hypoxemia,” imbuhnya.
Menurut Agus, kondisi pasien dengan happy hypoxia syndrome yang terlihat normal masih menjadi kesulitan tersendiri dalam dunia medis. Peneliti di dunia tengah melakukan kajian mendalam terkait temuan happy hypoxia pada pasien Covid-19.
Sementara itu, Ahli Patologi Klinis sekaligus Jubir Satgas Covid-19 RS UNS, Tonang Dwi Ardyanto mengatakan, penyebab happy hypoxia masih menjadi pertanyaan yang perlu ditemukan jawabannya.
Untuk mengantisipasi dan mendeteksi dini happy hypoxia syndrome, Tonang mengatakan, terdapat dua cara yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Tarik napas dalam-dalam 2-3 kali. Bila timbul rangsangan batuk, waspadai risiko hipoksia.
2. Menggunakan alat Pulse Oxymetri di ujung jari, untuk mengukur saturasi oksigen.
Kedua cara ini dilakukan secara berkala, setidaknya empat kali dalam sehari, yaitu pada pagi, siang, sore, dan malam.
Alternatif lain jika tidak membeli pulse oximeter, ada beberapa hal yang bisa dilihat jika seseorang mengalami gejala happy hypoxia Covid-19, seperti pucat, kebiruan, dan jari-jari pucat. Tetapi hal ini disebut terjadi pada pasien dengan kondisi parah.
Seseorang yang ingin mengetahui apakah memiliki gejala ini, terlebih dahulu memastikan positif Covid-19 atau tidak, seperti penciumannya berkurang. (hma/rhd)