Padang Pariaman, SERU.co.id – Sumur tua di Korong Lakuak, Nagari Sungai Buluh, Kecamatan Batang Anai sekilas tampak biasa. Namun siapa sangka, dari kedalamannya yang sunyi, polisi mengangkat dua tubuh perempuan muda yang telah lama hilang. Keduanya adalah Siska Oktavia Rusdi (23) dan Adek Gustiana (24).
Mereka menjadi potret bagaimana dendam dan sakit hati bisa mengubah seseorang menjadi pembunuh berdarah dingin. Pelaku itu adalah Satria Johanda (25) atau biasa disapa Wanda, pria yang dikenal tetangga sebagai pribadi biasa, bahkan ramah. Tapi sejak ia ditangkap atas kasus mutilasi Septia Adinda (25), polisi mulai menggali lebih dalam.
Sebelumnya, Minggu (15/6/2025) pagi, warga menemukan potongan tubuh manusia mengambang di Sungai Batang Anai. Polisi segera bertindak cepat. Potongan tubuh itu diidentifikasi sebagai milik Septia Adinda, seorang perempuan muda yang dilaporkan hilang sehari sebelumnya.
Kapolres Padang Pariaman, AKBP Ahmad Faisol Amir mengatakan, potongan tubuhnya ditemukan dalam kondisi mengenaskan. Kepala terpisah. Tangan dan kaki dibungkus.
“Saat pelaku ditangkap dan diinterogasi, satu demi satu pengakuan keluar. Wanda mengakui, ia membunuh Septia karena utang Rp3,5 juta yang tak kunjung dibayar. Tapi dari pengakuan itu, tersingkap fakta lain, Wanda pernah membunuh dua perempuan lain. Jauh sebelum kasus mutilasi ini terjadi,” seru Faisol, dikutip dari Kompas, Jumat (20/6/2025).
“Cika selingkuh,” kata Wanda singkat kepada polisi saat interogasi.
Cika adalah nama lain dari Siska Oktavia, kekasih Wanda saat itu. Wanda merasa dikhianati, dan menurutnya, yang mengajari Cika selingkuh adalah sahabatnya, Adek Gustiana. Dari situ, lahirlah niat gelap, Wanda pun membunuh keduanya.
“Pelaku membuat skenario dengan membawa sepeda motor korban ke Kota Padang. Menjatuhkannya, melepas sandal korban dan menaruhnya di pinggir jalan, seolah terjadi kecelakaan atau penculikan. Lalu ia kembali ke rumah, seolah tak terjadi apa-apa namun jasad korban telah disimpan di sumur tua,” lanjut Faisol.
Saat sumur itu dibongkar, keluarga korban berdatangan. Salah satunya adalah Nila Yusnita, ibu dari Siska atau Cika. Ia berdiri di bibir sumur, menggenggam erat kerudungnya yang tertiup angin. Di tengah proses penggalian, Nila pingsan dan tak sadarkan diri. Ia meninggal di tempat anaknya ditemukan.
“Kami mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya Ibu Nila,” ujar Faisol Amir.
Dalam keterangannya, Wanda menyebut tiga motif berbeda untuk tiga pembunuhan. Cika dan Adek karena cinta dan cemburu. Sementara Septia karena uang.
“Kami masih mengumpulkan alat bukti dan memeriksa saksi. Belum ada penetapan tersangka secara resmi. Meski pengakuan Wanda lengkap dan rinci, proses hukum harus tetap berjalan,” pungkas Faisol. (aan/mzm)