Lepas Hewan ke Alam, Umat Buddha Kota Batu Maknai Waisak Bebaskan Sengsara

Lepas Hewan ke Alam, Umat Buddha Kota Batu Maknai Waisak Bebaskan Sengsara
Para Bhikhhu lakukan doa bersama sebelum kegiatan pelepasan hewan ke alam. (foto: ws13)

Malang, SERU.co.id – Umat Buddha Kota Batu melepaskan sejumlah hewan ke alam bebas. Di Hari Raya Waisak, Umat Buddha memaknai momen ini sebagai pembebasan sengsara.

Kepala Vihara Dhammadipa Arama, Bhikkhu Khantidharo Mahathera mengungkapkan, pelepasan hewan selalu dilakukan saat Waisak. Ada burung dan ikan yang dilepas ke alam bebas.

Bacaan Lainnya

“Sama seperti kita ingin bebas, hewan-hewan juga ingin bebas di tempat mereka bisa hidup. Selain itu, kami menyambut dengan pembacaan paritta,” seru Bhikkhu Khantidharo, Senin (12/5/2025).

Vihara Dhammadipa Arama Kota Batu gelar terapi kesehatan rangkaian baksos Hari Raya Waisak. (foto: ws13)

Sebelum melepas hewan-hewan tersebut, para Bhikkhu terlebih dahulu memanjatkan doa. Ini merupakan bagian dari ajaran Buddha, supaya manusia melestarikan alam dan keberadaan makhluk hidup lainnya.

“Burung-burung kami lepas secara langsung dan ikan dilepas ke sungai, agar mereka tidak menderita lagi. Dengan jasa-jasa yang kita lakukan, semoga mengantarkan kita kepada hidup yang bebas dari kesengsaraan,” ungkapnya.

Umat Buddha di seluruh dunia memperingati Trisuci Waisak dengan beragam upacara puja dan kegiatan sosial. Bhikkhu berusia 94 tahun itu mengatakan, berbagai kegiatan tersebut sebagai bentuk penghormatan kepada Guru nan Agung, Siddharta Gautama.

“Tema Waisak yang diusung Sangha Theravada Indonesia adalah Kebijaksanaan Dasar Keluhuran Bangsa. Salah satunya tercermin dari pembebasan hewan ke alam dan berbagai kegiatan sosial lainnya,” urai Bhikkhu yang memiliki nama lahir Djamal Bakir.

Bhikkhu Khantidharo berpesan, agar umat Buddha dan semua umat beragama dimanapun berada bisa menghargai sesama makhluk hidup. Dengan menyemai sikap welas asih, bisa menjadikan manusia pribadi yang lebih baik saat kejahatan semakin merajalela.

“Mari saling menghargai antar sesama makhluk hidup. Kita belum berhasil memberantas kejahatan, karena itu mari kita sebarkan perbuatan baik, agar bisa mengabdi bagi masyarakat, nusa dan bangsa,” tuturnya.

Perayaan Hari Raya Waisak berlangsung dengan khidmat di wilayah yang menjadi Kampung Moderasi Beragama Kota Batu itu. Rangkaian acara bakti sosial, seperti donor darah dan terapi kesehatan dihadiri oleh berbagai umat beragama.

Ketua Peace Leader Nasional, Redy Saputro mengatakan, ia bersyukur bisa menghadiri Perayaan Waisak di Vihara Dhammadipa Arama. Tahun ini, menjadi tahun pertamanya bersama sang Istri menyaksikan rangkaian Waisak di Kota Batu.

“Tahun ini pertama menyaksikan bersama istri, tepat satu minggu setelah kami melangsungkan Sakramen Pernikahan di gereja. Ada banyak pesan moral yang bisa kita petik dari kegiatan hari ini,” ujarnya.

Redy menceritakan, perjuangannya sebagai aktivis lintas iman begitu menyenangkan. Bisa bertemu dengan berbagai kalangan masyarakat lintas iman, membuat dirinya belajar bahwa toleransi membuat seseorang terbebas dari kesengsaraan.

baca juga : Peringatan Waisak Di Viraha Dhammadipa Arama, Favorit Ummat Luar Kota

“Indonesia harus kita rawat bersama. Tanpa toleransi, kita akan terbelenggu oleh kesengsaraan. Pesan Waisak yang bisa kita lihat hari ini, hargai semua makhluk untuk terbebas dari sengsara atau samsara dan dukkha,” paparnya.

Redy bersama sang istri, mengikuti rangkaian acara sejak pagi saat bakti sosial dan terapi kesehatan. Kegiatan sosial itu dihadiri tidak hanya oleh umat Buddha, tapi juga semua umat beragama. (ws13/ono)

 

 

Pos terkait