Filipina, SERU.co.id – Ketegangan antara Wakil Presiden Filipina Sara Duterte dan Presiden Ferdinand ‘Bongbong’ Marcos Jr semakin memanas. Pernyataan kontroversial muncul dari Sara yang meminta Presiden Marcos dibunuh jika dirinya terbunuh. Buntut ancaman ini, pihak keamanan melakukan peningkatan protokol keamanan.
Konflik ini bermula dari perbedaan pandangan antara Sara dan Bongbong Marcos dalam berbagai isu. Termasuk kebijakan luar negeri dan keberlanjutan kebijakan perang narkoba yang diterapkan oleh ayah Sara, mantan Presiden Rodrigo Duterte. Meski keduanya bersatu dalam aliansi politik pada Pemilu 2022, tetapi keduanya kini berada di titik terendah.
Pada Juni 2023, Sara Duterte memilih untuk mundur dari kabinet, menandai runtuhnya aliansi politik yang membawa kemenangan pemilu tersebut. Walaupun mundur, ia tetap menjabat sebagai Wakil Presiden.
Kritikan terhadap Marcos juga datang dari anggota keluarga Duterte lainnya, termasuk Wali Kota Davao, Sebastian ‘Baste’ Duterte. Ia menyerukan agar Marcos mengundurkan diri dari jabatannya. Baste juga menilai pemerintahan Marcos gagal mengatasi perpecahan dalam pemerintahan.
Pernyataan Sara yang mengancam untuk membunuh Bongbong Marcos memicu kehebohan. Dalam sebuah konferensi pers, Sabtu (23/11/2024), Sara mengungkapkan, jika ia terbunuh, ia telah memberi instruksi untuk membunuh Presiden Marcos, Ibu Negara Liza Araneta dan Ketua DPR Martin Romualdez.
Pernyataan yang mengandung ancaman serius ini telah memicu peningkatan protokol keamanan dari Badan Keamanan Filipina. Dengan bekerja sama dengan lembaga penegak hukum untuk mengantisipasi segala ancaman terhadap Presiden dan keluarganya.
Pernyataan Sara ini juga telah menjadi sorotan utama media, mengingat situasi yang semakin panas di puncak pemerintahan Filipina. Kepolisian setempat telah mengeluarkan pernyataan untuk segera menyelidiki ancaman terhadap nyawa pejabat tinggi negara. (aan/mzm)