Memprihatinkan, Korban Perkosaan Hanya Mendapat Kompensasi Rp1,9 Juta

Memprihatinkan, Korban Perkosaan Hanya Mendapat Kompensasi Rp1,9 Juta
Seminar Hari Perempuan Internasional di Kampus IUQI Bogor. (foto:ist)

#Jadi Sorotan di Seminar Perempuan di IUQI Bogor

Bogor, SERU.co.id – Korban pemerkosaan di India terus mendapatkan sorotan berbagai kalangan.  Pasalnya, korban rudapaksa oleh 7 pelaku itu hanya mendapat kompensasi sebesar 120 US Dolar atau setara Rp1,9 juta dari pihak aparat pemerintah India.

Hal itu menjadi satu topik menarik dalam seminar yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa Bogor Raya di Institut Umum Quro Al Islami   (IUQI) Bogor, Jumat (8/3/2024).

“Ini bukti kesekian kalinya hukum Internasional belum berpihak kepada perempuan,” uar Nuraini, M Pd dalam seminar memperingati hari Perempuan Internasional.

Lebih lanjut, Sekretaris Program Studi Bimbingan Konseling Islam ini menambahkan, keberpihakan kepada perempuan harus terus digaungkan lewat peran-peran aktivis sosial perempuan dan Anak.

“Para perempuan harus terus bersuara, bayangkan prilaku amoral yang sadis itu hanya dihargai Rp. 1,9juta, dimana nurani mereka,” tegasnya.

Baca juga: Mendiang Aries Merdeka Sirait Di Mata Aktivis Perlindungan Anak dan Perempuan Kota Batu

Pakar parenting Alumni Pasca Sarjana Universitas Negeri Semarang ini juga menyorot sejumlah  Hak Perempuan di dunia kerja yang juga belum mendapatkan perhatian yang cukup.

“Perempuan  belum mendapat hak cuti  haid, cuti melahirkn  juga belum adanya  fasilitas untuk menyusui dan Fasilitas mengasuh anak. Padahal di perusahaan tersebut memperkerjakn perempuan loh,” ujarnya.

Terakhir Nuraini menyorot soal budaya patriaki  yang sudah menjadi budaya di sebagian besar masyarakat Indonesia, pekerjaan rumah seolah hanya menjadi tanggung jawab perempuan,

Baca juga: Polresta Makota, BNN dan Lapas Perempuan Malang Tandatangani MoU Penanganan Narkoba

“Yang difahami masyarakat,  pekerjaan rumah, nyuci, ngepel, nyetrika, masak, mandiin anak, gantiin popok, nyuapin,nyapu adalah pekerjaan perempuan/istri. Padahal hal itu salah, jelas dalam Islam mengajarkan kewajiban suami menyiapkan makanan mencari sampai dihidangkan adalah kewajiban suami, tapi inikan tidak prakteknya, ” pungkasnya.

Senada, Dr. Aep Saepudin Muhtar, M.Sos, tokoh Muda Bogor juga menyebut peran perempuan dalam kancah politik juga perlu didukung. Pasalnya undang-undang yang mengamanatkan kuota 30% perempuan juga masih jauh dari ideal.

“Padahal tokoh-tokoh hebat negeri ini lahir dari rahim  para perempuan yang hebat pula , al-ummu madridatul ula,” tegasnya calon anggota DPD RI dapil Jawa Barat ini.

Lebihn lanjut, menurutnya realitas di lapangan keterwakilan perempuan yang lolos ke Senayan hanya di kisaran angka 18%. Padahal sambungnya banyak hak-hak perempuan yang harusnya diperjuangkan.

“Mulai dari harga cabai hingga harga rumah, dan nyaris berbagai Aspek kehidupan beririsan dengan perempuan, sehingga harus terus didorong keterwakilan perempuan di Parlemen,” ujarnya.

Seminar tepat memperingati Hari Perempuan Internasional mengambil  tema ‘Sejarah Perempuan dan  5 Prioritas Isu Komnas  Perempuan’ digelar di   Auditorium  Gedung C, diikuti ratusan Mahasiswa dan BEM se Bogor Raya. (rois/ono)

 

disclaimer

Pos terkait