Malang, SERU.co.id – Kurang dari 3 pekan lagi Kota Malang akan memasuki usia ke-106 tahun, atau tepatnya tanggal 1 April 2020. Mengusung tema “Satu untuk Malang”, sebagaimana diutarakan Walikota Malang Sutiaji, tema tersebut membawa spirit salam satu jiwa, serta menegaskan kemajuan Kota Malang digapai hanya karena bersatunya semua elemen yang ada di Kota Malang, Bhumi Arema ini.
“Kolaborasi pentahelix, yang menggambarkan elemen A B C G M (Akademisi, Bisnis/Pengusaha, Community/Masyarakat, Government/Pemerintahan dan Media) bersatu energi dan bersinergi dalam satu gerak demi Kota Malang. Tidak ada lagi aku dan kamu, atau kelompokmu – kelompokku. Yang ada hanya satu (kepentingan, red) untuk Malang,” urai Sutiaji, terkait makna tema HUT ke-106 Kota Malang.
Tema itu juga menjadi satu harapan agar nilai-nilai keguyuban, kegotong royongan, persatuan dan kesatuan tidak tercabik cabik serta terpecah oleh sikap saling bertentangan dan tutur penuh amarah dan kebencian. “Ini harus kita jaga bersama, terlebih dengan ujaran-ujaran yang tak berbatas nilai di dunia sosial media. Kita harus kembali pada nilai nilai budaya kita. Oleh karena spirit budaya juga mewarnai HUT 106 tahun Kota Malang,” imbuh Walikota yang menghidupkan busana adat pada setiap Kamis di lingkungan Pemerintah Kota Malang tersebut.
Salah satu wujud sebagaimana diinstruksikan adalah pekan penggunaan busana Malangan atau busana Adat. “Itu tidak hanya berlaku pada lingkungan perkantoran pemerintahan, saya minta (pegawai) pusat pusat perbelanjaan, perhotelan, restoran, perbankan dan dunia pendidikan menggunakan busana dimaksud. Kami ingin makin menguatkan nilai budaya kita lewat penggunaan busana adat. Yang tentu pada muaranya nilai-nilai yang termaktub didalamnya juga akan dipahami,” tutur Sutiaji.
Apa yang ditekankan Walikota Sutiaji, otomatis berlaku saat upacara HUT digelar nantinya.
Untuk makin menyemarakkan HUT ke 106 Tahun Kota Malang, Walikota yang juga penggemar travelling dan kuliner tersebut, juga menghimbau perkantoran, pusat perbelanjaan (Mall), hotel, restoran, kampus-kampus, lingkungan sekolah dan kampung-kampung untuk memasang lampion.
Diutarakan pula oleh alumni IAIN Malang ini, di era 80-an Kota Malang punya even jalan sehat yang melegenda dan menciptakan kreasi yakni gerak jalan lampion. Bahkan Kota Malang juga punya industri lampion. “Maka mari kita hidupkan kekayaan kreasi itu melalui pemasangan lampion di lingkungannya masing-masing,” ajak Sutiaji.
Tradisi dan budaya juga menjadi perhatian khusus dari pria penghobby bulu tangkis ini. “Ada banyak kekayaan budaya di Malang ini. Orang-orang dulu sangat familier dengan istilah “barikan”. Anak-anak kita sekarang pasti tidak paham itu. Karena kita alpa, budaya itu makin kita pinggirkan. Karenanya nanti di hari H juga coba kita desain arak-arakan budaya (tumpengan/slametan), dititik akhir kita akan duduk bersama, berdoa dan bersyukur bersama, sekaligus menikmati rejeki yang diberikan Allah, sebagaimana barikan dulu mentradisi di kampung-kampung kita,” ujar Walikota Sutiaji.
Sementara itu pengurus APTISI (Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia) Kota Malang, yang juga Rektor Universitas Gajayana Malang, Prof. Diah Safitri, menyampaikan dukungan semarak HUT Kota Malang di 2020 ini. Salah satu wujudnya adalah memberikan beasiswa pendidikan (kuliah) gratis kepada warga (putra putri) Kota Malang.
Tak mau kalah dengan kalangan akademisi (Perguruan Tinggi), pihak Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Kota Malang, akan memberikan diskon besar-besaran selama peringatan HUT Kota Malang. “Kami akan luncurkan Bulan Belanja Malang Kucecwara. Disana selain diskon, warga akan kita banjiri doorprize juga,” info Suwarto, pengurus APPBI Kota Malang. (rhd)