Enterpreneurship, Resep Lulusan Ma Chung Jadi Pengusaha Sukses

Enterpreneurship, Resep Lulusan Ma Chung Jadi Pengusaha Sukses
Enterpreneurship, Resep Lulusan Ma Chung Jadi Pengusaha Sukses

Kota Malang, SERU.co.id – Usaha Kecil Menengah (UKM) diakui tak lekang oleh jaman dan krisis moneter. Untuk mencapai tahap ini, pelaku wajib mempelajari konsep wirausaha, atau istilah kerennya enterpreneur. Tak semudah membalikkan tangan memang. Butuh pendadaran khusus dan berkelindan dalam ruang dan waktu yang termanajerial dengan baik.

Berkaca latar belakang para pendiri Universitas Ma Chung yang notabene para pengusaha, Universitas Ma Chung Malang mewajibkan mata kuliah enterpreneurship bagi mahasiswa. Selain misi khusus sintas pengusaha muda agar terejawantah dalam diri mahasiswa, profesi pengusaha dinilai mampu berkiprah dalam membangun bangsa dan negara Indonesia. Sebagaimana prinsip Ma Chung ”Minum Air Ingat Sumbernya” yang ditanamkan sejak kuliah.

Bacaan Lainnya

“Dengan menjadi pengusaha, harapannya dapat memberikan manfaat langsung terciptanya lapangan kerja dalam pembangunan Indonesia. Ini bentuk pengabdian masyarakat secara riil. Menurut mahasiswa, selain memiliki usaha, hal yang paling membanggakan yaitu bisa membuka lapangan kerja,” ungkap Humas Universitas MA Chung Ratna Kristina, mendampingi Rektor Ma Chung periode 2015-2019, Dr. Chatief Kunjaya, MSc. dan Rektor baru periode 2019-2023, Dr. Murpin Josua Sembiring, SE., M.Si.

Universitas Ma Chung mewajibkan mahasiswa menempuh enterpreneurship sejak semester awal. Meski sebenarnya ada tiga fakultas yang selaras dan tidak selaras, yakni Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Fakultas Sains Dan Teknologi, dan Fakultas Bahasa Dan Seni. Harapannya, Enterpreneurship bisa dikembangkan melalui berbagai bidang keilmuan. Bobot dan masa kuliah enterpreneurship mahasiswa tiap prodi berbeda. Seperti prodi manajemen selama 6 semester, akuntansi selama 4 semester, kimia selama 2 semester, dan lainnya.

Menerapkan Enterpreneurship, mahasiswa Ma Chung belajar dagang. (ist)

Selain berhasil menorehkan penghargaan terkait bidang kewirausahaan, mulai lokal hingga internasional pernah ditorehkan saat kuliah. Beberapa alumni Universitas Ma Chung juga telah menjadi pengusaha beragam sektor dengan brand ternama, seperti Pondok Desa, Bioskop Aurora, Pesen Kopi, dan lainnya, baik di Malang Raya maupun nasional. 

Serapan lulusan Ma Chung memang beragam. Ada yang menjadi karyawan, pengusaha, kuliah ke jenjang lebih tinggi, dan lainnya. Uniknya, ketika menjadi karyawan, ada yang murni bekerja sambil mencari modal, sampingan pengusaha kecil, dan pada akhirnya memilih menjadi pengusaha. “Meski awalnya lulusan yang berani mengukuhkan diri menjadi pengusaha hanya 20-30 persen. Namun di tahapan selanjutnya, mereka lebih dominan menjadi pengusaha. Saya kira, komposisi nilai yang cukup besar dibandingkan jumlah serapan perguruan tinggi non vokasi lainnya,” ungkap Dr. Chatief Kunjaya, MSc, pakar astronomi Indonesia ini.

Disinggung tentang pandangan masyarakat umum bahwa Universitas Ma Chung yang berdiri sejak 2007 ini hanya diperuntukkan bagi etnis Tionghoa, Kunjaya membantah hal tersebut. “Mungkin karena namanya seperti itu (China, red), pandangan masyarakat demikian. Padahal Universitas Ma Chung diperuntukkan bagi semua golongan, baik suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Education for all. Bisa dibuktikan bahwa Ma Chung adalah kampus multikultural. Meski megah, namun biaya kuliahnya mulai Rp 15 juta all in selama 4 tahun,” terang Rektor yang berhasil mendongrak Universitas Ma Chung dari posisi 352 ke posisi 125 tingkat Perguruan Tinggi Indonesia saat ini.

Melanjutkan tongkat estafet, Dr. Murpin Josua Sembiring, S.E., M.Si akan mewujudkan visi dan amanah para pendiri Universitas Ma Chung 12 tahun lalu. “Saya akan lari membawa civitas Universitas Ma Chung tidak hanya unggul di bidang akademik, namun memiliki karakter yang baik, pencipta harmonisasi kehidupan dimanapun dalam situasi apapun, serta jiwa kepemimpinan yang kuat berintegritas tinggi. Target 100 besar Perguruan Tinggi Indonesia, kuantitas mahasiswa baru dengan pola kelas karyawan, akan tercapai dengan sinergitas civitas,” ungkap Murpin.

Perjalanan panjang ihwal berdirinya universitas bernama Ma Chung ini, dimulai dari pendirian Sekolah Menengah Ma Chung (setara SMP dan SMA, red) oleh Oei Ie Pan pada tahun 1946. Sebagai bentuk perlawanan etnis Tionghoa Indonesia, dan masyarakat pribumi kepada penjajah saat itu, para guru berkumpul untuk mendidik siswa tanpa dibayar. Karena tidak kondusif dan swadaya, lokasi sekolah pun berpindah-pindah. Dari mulai menempati gedung belakang pasar besar, Gedung Kesenian Gajayana, dan terakhir menetap di SMAN 5 hingga pada tahun 1966 ditutup.

Seiring waktu, para alumni Sekolah Ma Chung yang sebagian besar menjadi pengusaha sukses internasional, seperti Soegeng Hendarto, Teguh Kinarto, Soegiharto, Mochtar Riady, dan lainnya, sering menggelar reuni. Hingga Reuni Akbar 2001 di Xiamen, China, diputuskan mendirikan Universitas Ma Chung. Dilanjutkan peletakan batu pertama pada 2005, dan menerima mahasiswa baru pertama kali tahun 2007 di bawah bendera Yayasan Harapan Bangsa Sejahtera. (rhd)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *