Respon Tingginya ODGJ, FK-UB Bakal Buka Prodi Spesialis Keperawatan Jiwa

• Juga buka prodi Spesialis Keperawatan Kesehatan Komunitas

Kota Malang, SERU – Menyadari tingginya Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang perlu dilakukan perawatan, jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK-UB) akan membuka prodi Spesialis Keperawatan Jiwa dan prodi Spesialis Keperawatan Kesehatan Komunitas pada tahun akademik 2020/2021.

Bacaan Lainnya

“Kasus gangguan jiwa di Jawa Timur sangat banyak. Kasusnya bisa mencapai sekitar 40 ribuan. Jika tenaga kesehatan kita semakin baik tingkat pendidikannya, maka pelayanan kesehatan jiwa kita juga akan semakin baik,” terang Dr Ns Heni Dwi Windarwati, MKep, SpKepJ, staf pengajar Departemen Keperawatan Jiwa FK-UB, kepada SERU.co.id

Sebagai institusi pendidikan, lanjut Heni, tentunya memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan SDM yang akan bekerja di lapangan memiliki kualifikasi yang baik. “Kami akan mengembangkan program ini, karena spesialis keperawatan di Indonesia itu baru ada di beberapa universitas saja, khususnya perawatan jiwa hanya ada di UI. Jadi kami rasa kita juga punya kebutuhan untuk mengembangkannya di wilayah Indonesia timur,” beber Heni.

Untuk mengajukan prodi baru, harus melalui visitasi yang diketahui kolegium dari keperawatan jiwa dan kolegium dari komunitas. “Ini adalah pengajuan pertama kami. Harapannya visitasi ini langsung mendapatkan rekomendasi dari kolegium, untuk dibawa ke Kemendikbud,” terangnya, disela visitasi oleh kolegium Pengurus Perawat Nasional Indonesia (PPNS).

Tim yang beranggotakan Prof Achir Yani S. Hamid, MN, DNSc, Prof Dr Nursalam MNurs (Hons), Dr Henny Permatasari, SKp, SpKom, Ns Apri Sunadi, SKep, MKep, SpKMB, dan Dr M Hasinuddin, SKep, Ns, MKep, melakukan visitasi Prodi Kesehatan FK-UB, Selasa (10/2/12/2019).

Serapan yang dihasilkan bisa ke pelayanan ataupun kependidikan. Jika program profesi, maka yang membimbing harus spesialis. “Kalau pelayanan sekarang di beberapa rumah sakit jiwa, seperti RSJ di Lawang, tentunya harus menyiapkan SDM yang kualifikasinya spesialis. Nantinya, para spesialis ini bisa melakukan riset untuk mengembangkan pelayanan kesehatan jiwa,” beber Heni.

Rencananya, kuota yang ditetapkan sekitar 15 mahasiswa tiap prodi baru. Lantaran SDM pembimbing yang sudah siap masih 5 dosen, dengan perbandingan 1:3. “Beberapa SDM kami sedang studi lanjut. Jadi kami menunggu kalau memang pembimbing sudah banyak, maka kuota akan kita tambah. Namun konsentrasi spesialis lebih mengutamakan kualitas dulu. Untuk menempuh spesialis, mahasiswa harus lulus Sarjana dan Magister dulu, baru setelah itu masuk mengikuti prodi baru selama dua semester,” tutur Heni yang meneliti korban pasung sejak tahun 2009.

Menurutnya, masih sekitar 600 orang terpasung dari jumlah total 3.000 orang di Jawa Timur sejak tahun 2009. “Saat ini bisa jadi akan bertambah karena banyak faktor. Salah satunya kecanduan gadget yang sekarang lagi booming, kecanduan narkoba, bullying, dan lainnya,” tandas Heni.

Ketua Jurusan Keperawatan FK UB, Dr Ahsan, SKP, MKes. (rhd)

Sementara itu, Ketua Jurusan Keperawatan FK UB, Dr Ahsan, SKP, MKes, mengatakan, dua program spesialis itu menjawab tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan yang lebih spesialistik. “Kami sudah siapkan sejak dua tahun lalu dengan membuka Magister Keperawatan Jiwa dan Gawat Darurat. Tahun kemarin, kami membuka lima peminatan. Salah satunya adalah komunitas. Dengan adanya output magister itu dikembangkan kearah spesialis,” tutur Ahsan.

Keseriusan Keperawatan FK UB tersebut, lanjut Ahsan, sudah pada tahap pembuatan kurikulum dan sarana prasarana. Termasuk menyiapkan persyaratan SDM minimal terdiri dari 2 doktor di bidang perawatan atau kesehatan serta 3 spesialis di bidangnya. (rhd)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *