Begini Kolaborasi Kolonial-Milenial Dalam Mengungkap Sejarah & Budaya Asli Malangan

Walikota Malang Sutiaji, berharap kolaborasi kolonial-milenial dalam menggali dan mengembangkan potensi budaya lokal. (rhd)

• Hadirkan budayawan, sejarahwan dan penulis dalam menggali konten lokal 57 kelurahan

Bacaan Lainnya

Malang, SERU.co.id – Setiap wilayah memiliki latar belakang budaya sebagai cikal berdirinya suatu daerah. Salah satunya Kota Malang. Untuk menggali potensi 57 kelurahan, Dinas Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah menggelar Workshop Penulisan Konten Lokal dengan tema “Eko-Sosio-Kultura Lokal Kota Malang dalam Perspektif Historis”, di Regent’s Park Hotel Jl. Jaksa Agung Suprapto 12-16 Kota Malang, Rabu (19/2/2020).

Melalui lomba penulisan “Eko-Sosio-Kultura Lokal Kota Malang dalam Perspektif Historis”; Walikota Malang, H. Sutiaji berharap agar berbagai seni, budaya, dan sejarah yang ada harus dikembangkan agar tak lekang oleh jaman. Tentunya, untuk mewujudkan hal itu diperkuat sinergitas dan kolaborasi antara kaum kolonial (tua) dan kaum milenial (muda).

Para peserta Workshop Penulisan Konten Lokal dengan tema “Eko-Sosio-Kultura Lokal Kota Malang dalam Perspektif Historis”. (rhd)

“Untuk menggali ini, budayawan dan sejarahwan dihadirkan. Yang mengembangkan dan meviralkan kaum muda dalam bentuk teknologi. Ini sebagai bentuk revolusi benteng budaya kita, dengan mengangkat dan bicara Malangan. Malang itu luar biasa. Jika tidak kita kembangkan, Malang akan hanya tinggal nama,” ungkap Sutiaji, saat membuka workshop yang diikuti sekitar 80-100 peserta dari mahasiswa, siswa sekolah dan umum.

Menurutnya, minat baca masyarakat Indonesia masih rendah. Itu pun belum termasuk minat menulis. Sementara masyarakat hanya memiliki budaya dengar dan lihat. Padahal mendengar itu akuntabilitasnya kurang. “Minat baca tinggi hanya pada medsos atau WA. Padahal, bonus demografi bisa menjadi peluang, namun juga bisa menjadi ancaman. Heritage menjadi daya tarik, maka kaum kolonial harus bisa bersinergi dan berkolaborasi dengan milenial mewujudkan itu,” beber politisi Demokrat ini.

Dari workshop penulisan ini, nantinya ada 57 peserta hasil seleksi yang bertugas menggali dan mengangkat budaya asli di tiap wilayah, mulai dari jajanan sampai asal-usul nama desa atau kelurahan di Kota Malang. Seperti makna sebelum muncul nama-nama seperti kawasan Dinoyo, Mbethek, dan yang lainnya itu, lengkap dengan historisnya. “Saya ingin mulai jajanan sampai asal usul nama desa diinvestigasi. Harapannya, peran generasi muda mengangkat budaya ini dapat memotivasi pemuda-pemudi lainnya. Sehingga turut menularkan mengangkat budaya dan menghormati karya-karya jaman dulu,” tegasnya.

Sutiaji didampingi Suwarjana, menjawab pertanyaan awak media. (rhd)

Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Malang, Suwarjana menyatakan, tema muatan lokal ini diambil untuk mengangkat setiap wilayah yang dimiliki Kota Malang, khususnya 57 Kelurahan yang ada.  “Nantinya setiap peserta yang lolos akan bisa membuat tulisan dari masing-masing kelurahan. Sistemnya mungkin diundi atau bagaimana tergantung kesepakatan nanti. Artinya, warga Dinoyo bisa menggali budaya lainnya. Sedangkan literasi yang dimiliki di daerah bisa disinergikan dengan penulis lainnya,” beber Suwarjana.

Melalui perlombaan ini, ditargetkan tulisan-tulisan tersebut didokumentasikan dalam sebuah buku yang akan dilaunching pada 1 April 2020 mendatang, bertepatan dengan HUT ke-106 Kota Malang. “Buku tersebut akan menjadi buku yang bernilai history lokal Kota Malang, sekaligus rujukan untuk dikembangkan lagi. Sehingga koleksi muatan lokal di Perpustakaan Kota Malang akan terus berkembang,” ungkap pria yang aktif di dunia pendidikan sekitar 20 tahun ini.

Disebutkannya, koleksi Perpustakaan Kota Malang sekitar 192 ribu buku, namun masih minim muatan lokalnya. Upaya ini merupakan salah satu pendukung untuk mengawali pembuatan tulisan muatan lokal tersebut. “Selain berbentuk buku, nantinya kami rupakan dalam bentuk soft file yang dibaca di aplikasi Malang Cilin,” tandasnya. (rhd)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *