Bau TPA Tlekung Ganggu Warga Tiap Pagi & Sore

Menggunung : Sampah yang semakin menggunung di TPA Tlekung, Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo menimbulkan bau tak sedap yang dikeluhkan oleh masyarakat. (rka)

Batu, SERU.co.id – Masyarakat Desa Tlekung terdampak bau tak sedap dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tlekung, sengaja mengurangi kegiatannya di luar rumah, bahkan ingin pindah karena tak betah mencium aroma busuk tiap sore dan pagi hari.

Mereka sangat berharap agar Pemkot Batu melalui dinas terkait, segera mencari solusi untuk meminimalisir bau. Menurut Sekretaris Desa Tlekung Nuryanto, keluhan ini sering diungkapkan oleh para kepala dusun (Kasun). Mereka mendapatkan wadulan dari ketua RW setelah ketua RT dan warga mengeluh pada mereka. “Baru setelah itu kami koordinasikan dan sampaikan keluhan mereka pada dinas terkait yaitu Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Solusinya, mereka akan mendatangkan alat berat /mesin pencacah sampah. Tapi sampai sekarang tak kunjung teralisasi,” keluhnya, saat ditemui SERU.co.id di kantornya, Selasa (25/2/2020).

Pantauan dia, volume sampah yang datang setiap hari tak sebanding dengan pekerja yang ada di TPA. Akhirnya membuat pengelolaan tidak maksimal. Nuryanto mengaku, jika ia juga menjadi salah satu warga yang terdampak.

Pria asli Tlekung ini pun mengatakan, karena bau, banyak warga sekitar yang mengurangi kegiatan di luar rumah. Ketika bau menyeruak, mereka lebih memilih di dalam rumah. “Ketika bau tak sedap muncul, itu pas Subuh, kalau gak gitu sore setelah Magrib. Begitu bau, kami masuk rumah. Kalau tidak, bisa pusing dan mual. Apalagi sekarang musim hujan, bau semakin parah,” ucapnya.

Bukan hanya dampak sekarang, paling berbahaya menurut dia yaitu dampak kedepan yang bisa mengganggu kesehatan masyarakat. Pasalnya, banyak warga yang berada di perkampungan area bawah TPA menggunakan hippam yang banyak diperoleh dari sumur bor, ia takut bakal tercemar dan menganggu kesehatannya. “Jarak permukiman sekitar 500-1 kilometer. Paling parah di RT 1, sudah 3 tahun ini bau sangat parah. Warga pun ada yang tak betah dan memilih menjual rumahnya, lalu membeli di daerah lain. Pemkot pun tak pernah memberikan kompensasi apapun pada warga terdampak,” urainya.

bau tak sedap,TPA Tlekung, ganggu warga, tiap Pagi & Sore

Jika dikelola dengan baik, ia meyakini bau tidak akan seperti sekarang dan bisa menopang kebutuhan warga sekitar yang banyak menggantungkan hidup di TPA dalam memilah sampah untuk dijual kembali.

Menurut Mujiati, warga Dusun Gangsiran Ledok, juga mengeluhkan hal yang sama. Katanya, bau menyengat sampah sering muncul ketika sore hari. Akibatnya, dia jarang keluar rumah. Aktivitas saat sore hari hanya dilakukan di dalam rumah. “Sudah setahun belakangan ini, awalnya terganggu sekarang sudah biasa karena sering. Baunya itu datang dan pergi. Tapi sekarang sudah biasa,” papar wanita paruh baya ini.

Sementara itu, Kepala DLH Kota Batu, Arief As Shidiq, mengupayakan konsentrasi pembuangan sampah tidak tertuju ke TPA Tlekung. Mereka mendorong agar pengelolaan sampah bisa dilakukan di desa atau kelurahan. “Harus ada strategi pengolahan sampah dari sentralisasi ke desentralisasi. Jadi, sampah-sampah tidak dibuang ke TPA Tlekung semua. Saya yakin sistem desentralisasi ini, pengolahan sampah akan tuntas di desa dan kelurahan,” harap Arief.

Untuk mendukung pengolahan sampah di desa dan kelurahan itu, DLH Kota Batu akan menyiapkan 24 mesin pengolah sampah. Harga per unitnya sekitar Rp 300 juta. Secara teknis, DLH Kota Batu akan membuat TPS 3R di tiap kelurahan dan desa. Dengan adanya alat tersebut, maka sampah-sampah tidak sampai ke TPA Tlekung. “Nanti peran desa menggeser sampah dari RT dan RW ke TPS 3R itu untuk dipilah dan diolah. Satu unit mesin bisa mengolah sampah menjadi abu dengan kapasitas 70 hingga 100 kg. Asap yang dihasilkan mesin juga tidak berbahaya, karena sudah melalui proses terlebih dulu di dalam mesin,” imbuhnya.

Harapannya, mesin pengolah sampah ini bisa menghemat biaya operasional pengolahan sampah di Kota Batu yang tiap tahun bisa mencapai Rp 12 miliar. Dengan diserahkannya pengolahan sampah ke desa atau kelurahan nanti, maka akan ada dana sharing anggaran dengan desa yang menggunakan dana desa

Kepala Pengelolaan Sampah DLH Kota Batu, Imron Suyudi mengatakan, pihaknya sudah berusaha untuk meminimalisir bau tak sedap dari TPA Tlekung. Di antaranya lewat penaburan kapur. “Penaburan kapurnya kami lakukan dua hari sekali dengan total 250 kilogram untuk sampah di lahan seluas 6 hektar ini,” jelas Imron, beberapa waktu lalu.

Di sisi lain, Imron mengatakan bahwa volume sampah di TPA Tlekung makin bertambah dari waktu ke waktu. DLH pun berencana menambah luasan lahan. Rencananya, akan ada pengembangan ke sisi timur dengan memanfaatkan lahan Perum Perhutani. (rka/rhd)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *