Kota Malang Alami Deflasi 0.04 Persen Pada Oktober 2019

Kepala BPS Kota Malang, Drs Sunaryo, MSi, menjelaskan deflasi bulan Oktober 2019 di Kota Malang. (rhd)
  • Kali keempat deflasi sepanjang 2019

Kota Malang, SERU – Dalam kurun 2 bulan terakhir, Kota Malang mengalami deflasi. Jika sebelumnya tercatat deflasi 0,03 persen pada September 2019, kali ini terjadi deflasi sebesar 0.04 persen pada Oktober 2019. Sekaligus deflasi kali keempat sepanjang tahun 2019, dimana sebelumnya bulan Februari mengalami deflasi 0,42 dan bulan Juni mengalami deflasi sekitar 0,17 persen.

“Pada Oktober 2019 di Kota Malang terjadi deflasi sebesar 0.04 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 136.90. Dari 8 kota IHK di Jawa Timur, tercatat 3 kota mengalami deflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Banyuwangi sebesar 0.09 persen, diikuti Surabaya sebesar 0.08 persen, dan Malang sebesar 0.04 persen,” seru Kepala BPS Kota Malang, Sunaryo, ditemui di kantor BPS Kota Malang, Jumat (1/11/2019).

Bacaan Lainnya

Disebutkan Sunaryo, sepuluh komoditas teratas yang memberikan andil terbesar deflasi pada Oktober 2019, di antaranya telur ayam ras, cabai rawit, daging ayam ras, emas perhiasan, pisang, bawang merah, bawang putih, kacang panjang, daging ayam kampung, dan jagung manis. “�Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh penurunan indeks kelompok pengeluaran,” tambah Sunaryo.

Sementara, 5 kota di Jawa Timur mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kediri sebesar 0.32 persen, disusul Sumenep sebesar 0.30 persen, Probolinggo sebesar 0.12 persen, Madiun sebesar 0.07 persen, dan Jember sebesar 0.05 persen.

Dari tujuh kelompok pengeluaran di Kota Malang, 2 kelompok mengalami deflasi, 4 kelompok inflasi, dan 1 kelompok tetap. Kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi tertinggi adalah kelompok Bahan Makanan sebesar 0.90 persen; diikuti kelompok Sandang sebesar 0.45 persen.

Sementara itu, kelompok yang mengalami inflasi adalah Kesehatan sebesar 0.73 persen; diikuti Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan sebesar 0.48 persen; Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 0.08 persen; dan Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar sebesar 0.04 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang tetap adalah kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga.

Menurut Sunaryo, kondisi bahan makanan perlu dipertahankan, karena kaitannya dengan kemarau. Dilihat pola-pola inflasi di bulan setelah bulan Oktober, yakni November dan Desember biasanya menunjukkan inflasi, dan itu sangat wajar dampak dari kemarau. “Nanti kita lihat saja bagaimana potret di bulan November dan di bulan Desember. Yang perlu diwaspadai, bagaimana menyediakan stok pangan yang cukup sehingga bisa mengantisipasi dampak dari kemarau panjang dan menyongsong akhir tahun,” tandas Sunaryo.

Berdasarkan perbandingan inflasi bulanan, tahun kalender dan year on year Kota Malang. Disebutkan deflasi Oktober 2019 tercatat sebesar 0.04 persen, sementara tingkat inflasi pada periode yang sama tahun 2017 sebesar 0.02 persen dan inflasi pada tahun 2018 sebesar 0.30 persen. Laju Inflasi tahun kalender (Januari-Oktober 2019) sebesar 1.41 persen. Tingkat Inflasi kumulatif pada periode yang sama tahun 2017 dan 2018 adalah 2.97 persen dan 1.93 persen.

Besarnya laju Inflasi ”year on year” untuk Oktober 2019 terhadap Oktober 2018 sebesar 2.45 persen. Tingkat Inflasi tahun ke tahun untuk Oktober 2016 terhadap Oktober 2017 dan Oktober 2017 terhadap Oktober 2018 masing-masing 4.03 persen dan 2.71 persen. Jika diperhatikan secara seksama, sejak tahun 2017 sampai periode 2019 angka inflasi year on year bulan Oktober semakin mengecil dari tahun ke tahun. (rhd)


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *